Megawati kenalkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika di Beijing

1 week ago 25

Beijing (ANTARA) - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengenalkan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam diskusi peradaban di Beijing.

"Untuk membangun dunia baru, Presiden Soekarno saat itu menawarkan falsafah Pancasila. Pancasila bukan hanya doktrin nasional untuk bangsa Indonesia, tetapi
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat digunakan sebagai kerangka etik global," kata Megawati di Wisma Negara Diaoyutai Beijing pada Kamis.

Megawati menjadi pembicara pertama dalam pleno Dialog Peradaban Global dengan tema "Menjaga Keberagaman Peradaban Manusia demi Perdamaian dan Pembangunan Dunia" yang diadakan oleh Komite Sentral Partai Komunis China (PKC) dan dihadiri oleh sekitar 600 perwakilan dari 144 negara.

Untuk memperkenalkan Pancasila, Megawati pun mengangkat kembali pidato Soekarno di hadapan Sidang Umum PBB tahun 1960 yang berjudul "To Build the World A New". Pidato itu pun sudah dijadikan "Memory of The World" oleh UNESCO.

"Dalam pidato tersebut, Presiden Soekarno menyampaikan dengan lantang bahwa dunia lama yang dibangun di atas kapitalisme yang eksploitatif, kolonialisme dan imperialisme harus digantikan dengan tata dunia baru," ungkap Megawati.

Dunia baru yang dimaksud adalah dunia yang dibangun bukan di atas senjata, tetapi di atas nilai-nilai luhur kemanusiaan.

"Dunia yang bukan ditentukan oleh siapa yang paling kuat, tetapi oleh siapa yang paling beradab. Dunia di mana hubungan antarbangsa tidak ditentukan oleh
'yang menang menulis sejarah' tetapi oleh semangat kerja sama antarperadaban," tambah Megawati.

Megawai kemudian mengenalkan Pancasila yang terdiri atas lima dasar, pertama Ketuhanan, sebagai dasar spiritual universal umat manusia; Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang menolak rasisme, penjajahan, dan kekerasan.

Kemudian persatuan, yang menolak politik pecah-belah dan mendukung persaudaraan dunia; Musyawarah dan dufakat yang menghormati partisipasi, bukan dominasi serta keadilan sosial yang menjadi cita-cita kesejahteraan bersama umat manusia.

"Presiden Soekarno percaya bahwa jika kita ingin menyelamatkan dunia dari kehancuran, maka kita harus menyusun ulang tata dunia baru ini dari dasar atau fundamen, bukan hanya menambalnya, dan fundamen itu, bagi bangsa kami, adalah Pancasila yang nilai-nilainya juga bersifat universal," jelas Megawati.

Selain Pancasila, Megawati juga mengenalkan prinsip "Bhinneka Tunggal Ika" yang mengajarkan bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan ancaman.

"Kami juga meyakini dengan prinsip gotong royong, kita bisa mencari solusi bersama berbagai kompleksitas persoalan dunia dan mengangkat martabat seluruh umat manusia di muka bumi ini tanpa diskriminasi," tambah Megawati.

Dalam pesannya yang dibacakan oleh anggota Politbiro Partai Komunis China (PKC) dan Kepala Departemen Publikasi PKC Li Shulei, Presiden Xi Jinping menyatakan bahwa keberagaman peradaban merupakan ciri dasar dunia.

"Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan peradaban dan perkembangan umat manusia tidak dapat dipisahkan dari pertukaran dan saling belajar antarperadaban. Saat ini, situasi internasional diwarnai oleh berbagai perubahan dan ketidakstabilan, dan umat manusia berada di persimpangan jalan baru," kata Li Shulei.

Oleh karena itu, sangat diperlukan pertukaran peradaban untuk melampaui sekat antarperadaban, dan saling belajar antarperadaban untuk mengatasi konflik antarbudaya.

"China bersedia bekerja sama dengan negara-negara lain untuk menjunjung tinggi pandangan peradaban yang setara, saling belajar, berdialog, dan inklusif, menjalankan Inisiatif Peradaban Global, serta mendorong terbentuknya jaringan dialog dan kerja sama peradaban global," tambah Li Shulei.

Presiden Xi juga berharap para perwakilan dapat melakukan pertukaran mendalam dan membangun konsensus, serta memberikan kebijaksanaan dan kekuatan untuk meningkatkan saling pengertian dan persahabatan antarbangsa, serta mendorong harmoni dan koeksistensi antarperadaban yang berbeda.

Forum "Global Civilizations Dialogue" sebagai inisiatif Partai Komunis China (PKC) dihadiri oleh Anggota Politbiro PKC sekaligus Sekretaris Sekretariat Komite Sentral PKC Cai Qi, anggota Politbiro PKC dan Sekretaris Komite PKC Beijing Yin Li, anggota Politbiro PKC dan Kepala Departemen Publikasi PKC Li Shulei.

Ikut mendampingi Megawati dalam acara tersebut dua pimpinan PDIP, Ahmad Basarah dan Olly Dondokambey, Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Darmansjah Djumala, Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun, pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie.

Selain Megawati, hadir juga sebagai pembicara pleno mantan Presiden Namibia Nangolo Mbumba, mantan Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama, mantan Perdana Menteri Belgia Yves Leterme.

Baca juga: Megawati usulkan piagam masa depan bersama bangun tata dunia baru

Baca juga: Megawati angkat pidato Bung Karno di PBB sebagai memori dunia

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |