Makau (ANTARA) - Daerah Administratif Khusus (Special Administrative Region/SAR) Makau di China pada Selasa (15/7) memulai serangkaian kegiatan untuk memperingati 20 tahun ditetapkannya Pusat Sejarah Makau (Historic Center of Macao) sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Ditetapkan pada 15 Juli 2005 pada sesi ke-29 Komite Warisan Dunia yang diselenggarakan di Durban, Afrika Selatan, distrik ini menyimpan lebih dari empat abad sejarah maritim dan perpaduan budaya.
Tahun 2025 menandai 20 tahun ditetapkannya Pusat Sejarah Makau sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Dinas pariwisata pemerintah Daerah Administratif Khusus (Special Administrative Region/SAR) Makau mengatakan bahwa dengan dimulainya liburan musim panas, berbagai acara dan pertunjukan akan digelar untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Dari Benteng Guia hingga Kuil A-Ma, Pusat Bersejarah Makau mencakup 22 situs ikonik dan delapan alun-alun, yang menjadi simbol abadi dari pertukaran Timur-Barat.
Reruntuhan St. Paul menjadi jantung dari warisan tersebut. Dibangun pada awal tahun 1600-an, monumen ini menyerupai "Paifang", struktur arsitektur tradisional China, tetapi mengandung motif-motif Barat.
"Anda dapat melihat perpaduan antara Timur dan Barat," ujar Ung Vai Meng, profesor tamu di Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Makau. "Cara batu bata abu-abu ditanam di dinding tanah yang dipadatkan mencerminkan keahlian China yang menyatu dengan ide-ide struktural Eropa," katanya kepada Xinhua.
Reruntuhan St. Paul pada awalnya merupakan bagian dari St. Paul's College, yang kala itu mendapatkan inspirasi dari universitas-universitas Eropa dan melatih para akademisi untuk membawa bahasa dan filosofi China ke Eropa, sekaligus memperkenalkan ilmu pengetahuan dan budaya Barat ke China.
"Ini jembatan pencerahan dua arah," papar Wu Zhiliang, presiden Federasi Lingkaran Budaya Makau. Pengaruh mereka melampaui bidang teologi, dan menjangkau pendidikan serta identitas budaya, tambahnya.

Pilar penting lainnya dari pusat bersejarah ini adalah bekas kediaman reformis Dinasti Qing, Zheng Guanying, yang dikenal sebagai Mandarin's House. Terletak di sebelah barat daya kota tua itu, tempat ini masih menjadi kompleks perumahan tradisional terbesar di Makau. "Di sini, kita bisa merasakan budaya Lingnan secara langsung," kata Ung. "Jendela-jendela cangkang kerang menunjukkan tradisi China selatan, sementara pilar-pilar dan ukiran dekoratif ala Barat mengisyaratkan pengaruh global."
Revitalisasi menjadi ciri khas pendekatan warisan budaya Makau. Acara-acara seperti Parade Internasional Makau (Macao International Parade) 2025 pada Maret, yang diluncurkan dari Reruntuhan St. Paul, mengubah jalan-jalan tua menjadi panggung yang semarak. Dengan para penampil dari 15 negara dan kawasan yang bergabung dengan rombongan lokal, acara ini menghidupkan dialog budaya.
Di balik tembok-temboknya, Zheng menulis Kata-Kata Peringatan di Masa Kemakmuran (Words of Warning in Times of Prosperity), sebuah seruan mendesak untuk reformasi politik dan ekonomi pada masa itu. "Dia beralih dari seorang bangsawan tradisional menjadi pendukung modernisasi di tempat ini," kata Wu, seraya menuturkan bahwa "pemikirannya sangat memengaruhi satu generasi."
Merevitalisasi
Dibangun pada tahun 1800-an dan dibuka untuk umum pada 1958, Sir Robert Ho Tung Library menyimpan lebih dari 20.000 volume klasik. Pepohonan kuno yang menjulang tinggi dan air mancur berbatu yang ada di sana saling melengkapi, memberikan nuansa alami pada bangunan bersejarah ini.
Tang Mei Lin, kepala departemen manajemen perpustakaan umum, biro urusan budaya pemerintah SAR Makau (IC), mengatakan kepada Xinhua bahwa perpustakaan ini bukan hanya tempat untuk membaca dan belajar, melainkan juga tempat populer di mana banyak penduduk setempat datang untuk bersantai.
"Kami menawarkan kegiatan-kegiatan unik, seperti pengalaman menjadi pustakawan selama satu hari dan lokakarya yang bersifat praktis tentang restorasi buku-buku kuno," ujar Tang, seraya menyebutkan bahwa ini contoh yang baik dari keberhasilan revitalisasi.
Pada 2022, Pusat Pemantauan Warisan Dunia Makau didirikan, melengkapi kota ini dengan lebih dari 170 sensor lingkungan. "Tim kami dapat melakukan pemeriksaan secara waktu nyata (real-time) menggunakan aplikasi seluler dan menganalisis data melalui platform terpusat," ujar Ho Cheok Fong, seorang pejabat dari departemen warisan budaya di bawah IC.

Revitalisasi menjadi ciri khas pendekatan warisan budaya Makau. Acara-acara seperti Parade Internasional Makau (Macao International Parade) 2025 pada Maret, yang diluncurkan dari Reruntuhan St. Paul, mengubah jalan-jalan tua menjadi panggung yang semarak. Dengan para penampil dari 15 negara dan kawasan yang bergabung dengan rombongan lokal, acara ini menghidupkan dialog budaya
"Parade ini lebih dari sekadar tontonan," kata Leong Wai Man, kepala IC, seraya menambahkan bahwa "parade ini menciptakan koneksi nyata antara budaya lokal, nasional, dan global."
"Senang rasanya melihat sebuah kota yang menjaga budaya kuno dan bangunan-bangunan tua tetap hidup," tutur Dale Page, seorang wisatawan dari Inggris, kepada Xinhua di Mandarin's House. "Warisan arsitektur ini bukan hanya menjadi harta karun Makau, melainkan juga merupakan hadiah bagi warisan dunia," kata Xiao Hui, pengunjung lain dari China Daratan.
Data menunjukkan bahwa per 8 Juli 2025 pukul 11.00 waktu setempat, jumlah kedatangan pengunjung di Makau tahun ini telah melampaui 20 juta, 26 hari lebih awal dari tahun lalu. Kantor pariwisata pemerintah SAR Makau mengatakan bahwa dengan berlangsungnya liburan musim panas, berbagai acara dan pertunjukan akan digelar untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.