8000hoki List Akun server Slots Maxwin Terbaik Mudah Win Full Banyak
hokikilat Top Login web Slots Gacor Singapore Terkini Pasti Menang Full Banyak
1000hoki Agen website Slot Gacor Myanmar Terbaik Gampang Menang Setiap Hari
5000hoki.com Data Situs website Slot Maxwin Myanmar Terbaik Sering Jackpot Full Online
7000 Hoki Online Akun situs Slot Gacor Japan Terbaru Gampang Lancar Win Full Setiap Hari
9000hoki.com Login situs Slots Maxwin China Terpercaya Gampang Lancar Scatter Online
List Platform Slot Maxwin Cambodia Terbaik Mudah Lancar Win Full Setiap Hari
Idagent138 Slot Terbaik
Luckygaming138 login Akun Slot Game Terpercaya
Adugaming login Id Slot Maxwin Terpercaya
kiss69 Akun Slot Game Terbaik
Agent188 login Id Slot Terpercaya
Moto128 login Slot Anti Rungkad Terpercaya
Betplay138 login Slot Gacor Terpercaya
Letsbet77 Daftar Id Slot Game Online
Portbet88 Daftar Akun Slot Game Online
Jfgaming login Id Slot Game Online
Mg138 Daftar Akun Slot Anti Rungkad Online
Adagaming168 login Id Slot Anti Rungkat Terbaik
Kingbet189 Id Slot Maxwin
Summer138 Id Slot Anti Rungkat Online
Evorabid77 Akun Slot Gacor
Paris (ANTARA) - Prancis, sejak 2023, telah mewajibkan anak-anak di bawah usia 15 tahun untuk mendapatkan izin orang tua sebelum mendaftar di platform media sosial.
Platform tersebut juga diwajibkan menerapkan sistem verifikasi untuk memastikan izin tersebut benar-benar diperoleh.
Berdasarkan data dari Asosiasi e-Enfance untuk Perlindungan Anak Daring, 82 persen anak di bawah umur di Prancis terpapar konten berbahaya secara daring, seperti penjualan narkoba, senjata, serta gambar dan video yang tidak pantas.
Penggunaan media sosial juga memicu meningkatnya kasus perundungan verbal dan pengucilan sosial di sekolah.
Laporan e-Enfance tahun 2023 mencatat bahwa 67 persen anak usia 8-10 tahun dan 86 persen anak usia 8-18 tahun di Prancis menggunakan media sosial.
Satu dari empat keluarga di Prancis mengalami perundungan siber. Anak-anak yang menjadi korban perundungan itu mengalami berbagai dampak buruk, dengan 51 persen menghadapi masalah pendidikan, sementara 52 persen lainnya mengalami gangguan tidur dan kehilangan nafsu makan.
Dengan meningkatnya paparan anak-anak terhadap internet dan risiko yang ditimbulkan, pemerintah Prancis mengambil langkah-langkah untuk melindungi kesehatan dan hak-hak anak.
Langkah tersebut meliputi memerangi perundungan dan perundungan siber di sekolah, mencegah akses anak-anak terhadap konten yang tidak pantas, mewajibkan verifikasi usia untuk situs tertentu dan mempertimbangkan dampak kesehatan mental akibat konten digital yang merugikan anak-anak.
UU Perlindungan Anak di medsos
Undang-undang yang disahkan pada 2023 mewajibkan anak-anak di bawah usia 15 tahun untuk mendapatkan izin orang tua sebelum mendaftar di platform media sosial.
Platform yang melanggar aturan ini dapat dikenakan denda hingga 1 persen dari pendapatan globalnya. Selain itu, orang tua dapat meminta platform untuk menangguhkan akun media sosial anak mereka yang berusia 15 tahun.
Laura Morin, Direktur Jenderal Asosiasi L’Enfant Bleu, mengatakan sejak 1989 organisasinya telah menangani berbagai bentuk korban kekerasan terhadap anak, termasuk kekerasan fisik, seksual, psikologis, dan penelantaran berat.
Menurut Morin, lemahnya regulasi hukum menuntut para orang tua dan orang dewasa untuk lebih berhati-hati dalam mengawasi aktivitas internet anak-anak mereka.
Ia menekankan pentingnya kesadaran untuk mendorong orang tua agar membimbing anak-anak mereka.
Morin menjelaskan bahwa banyak orang tua tidak menyadari bahwa membagikan foto anak mereka di media sosial sama dengan mendistribusikan foto tersebut kepada orang asing di jalan.
Risiko akun medsos anak
Morin menyoroti bahwa anak-anak dapat membuat akun media sosial sejak usia delapan tahun, sebuah situasi yang ia samakan dengan anak-anak yang berkeliaran di jalan tanpa perlindungan.
Ia juga mengingatkan bahwa secara daring, orang dewasa dapat berpura-pura menjadi anak-anak dan sulit dikenali oleh anak-anak.
Hal ini sering kali berujung pada kepercayaan yang disalahgunakan, bahkan permintaan untuk mengirimkan foto tidak senonoh.
Morin menjelaskan bahwa pelaku kekerasan seksual kerap mendapatkan kepercayaan anak dengan berpura-pura menjadi “teman terbaik” atau “pendengar setia.”
Setelah itu, mereka mulai meminta hal-hal yang tidak pantas.
Anak-anak yang terjebak dalam situasi ini menjadi semakin rentan.
Untuk itu, organisasi Morin berupaya meningkatkan kesadaran, mendukung para orang tua, dan membantu mereka membangun komunikasi yang sehat dengan anak-anak mereka terkait bahaya internet.
Morin menyarankan agar anak-anak tidak dibiarkan sendirian dengan perangkat digital. “Ponsel, tablet, dan komputer adalah jendela ke dunia, dan anak tidak boleh dibiarkan menggunakannya tanpa pengawasan,” katanya.
Ia juga menyoroti bahwa kontrol orang tua pada perangkat lunak sering kali tidak cukup karena anak-anak dapat menemukan cara untuk melewati batasan tersebut.
Jejak Digital Anak
Morin mencatat bahwa meski media sosial secara teori melarang anak-anak di bawah usia 13 tahun, banyak anak tetap bisa membuat akun dengan memasukkan tanggal lahir palsu.
“Akibatnya, anak-anak sangat muda sudah memiliki akun media sosial; bahkan ada yang mulai sejak usia delapan tahun,” ujarnya.
Ia menyebutkan bahwa pada usia 13 tahun, seorang anak rata-rata memiliki sekitar 1.300 foto yang tersebar secara daring.
Morin mengingatkan bahwa foto-foto yang diunggah orang tua tentang anak-anak mereka di internet sulit untuk dihapus sepenuhnya.
Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya langkah pencegahan dan pengawasan dari pihak keluarga.
Sumber: Anadolu
Baca juga: MUI minta pemerintah buat aturan pembatasan medsos untuk anak-anak
Baca juga: Melindungi anak-anak dari bahaya media sosial
Penerjemah: Primayanti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024