Wawancara Niken Anjani: Tertantang dengan Peran Antagonis

2 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Niken Anjani, aktris yang biasanya dikenal dengan perannya sebagai tokoh protagonis, kali ini tampil berbeda dalam film horor aksi terbaru Penjagal Iblis: Dosa Turunan. Dalam film garapan sutradara Tommy Dewo ini, Niken memerankan Pakunjara, seorang pemuja iblis yang menjadi ancaman bagi warga ketika kasus pembunuhan berantai mengincar jantung para pemuka agama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film ini menghadirkan konflik sengit antara Pakunjara dan Ningrum (Satine Zaneta), seorang penjagal iblis. Sebelumnya, Niken sering kali memerankan karakter yang penuh empati, namun kali ini, ia menjajal langkah baru dengan memilih peran sebagai antagonis—yang tentu saja memberikan tantangan tersendiri bagi aktris kelahiran 1987 itu.

Ditemui Tempo pada Selasa, 15 April di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Niken mengungkapkan berbagai tantangan yang dihadapinya saat menjiwai peran Pakunjara. Ia berbagi tentang proses persiapan fisik dan mental yang intens, riset mendalam bersama sutradara, serta kesulitan dalam melakukan adegan-adegan berisiko tinggi.

Dijadwalkan tayang pada 30 April 2025, Penjagal Iblis: Dosa Turunan merupakan hasil kolaborasi antara Screenplay Films, Rapi Films, dan IFI Sinema. Selain Niken Anjani dan Satine Zaneta, film ini juga akan dibintangi oleh Marthino Lio, hingga Kiki Narendra.

Anda memerankan sosok pemuja iblis. Ini bukan pertama kalinya Anda bermain di genre horor. Apa yang membuat Anda kembali memilih horor?

Saya cukup jarang ambil film horor. Memang saya aslinya sangat penakut. Apalagi sekarang film horor banyak sekali. Alasan kenapa saya menerima film ini karena begitu saya ditawari dan baca naskahnya, saya langsung jatuh cinta. Kenapa? 

Karena Penjagal Iblis: Dosa Turunan ini menurut saya bukan sekadar film horor. Film ini ada aksinya, teka-teki misterinya. Jadi, tertarik sekali. Begitu saya tahu kalau pemeran utamanya pahlawan perempuan, dan penjahatnya, Pakunjara itu juga perempuan, saya semakin semangat lagi. Karena biasanya, seringkali korbannya adalah perempuan. Perempuan terzalimi. Nanti baru bisa membalasnya kalau dia kesurupan atau punya kekuatan.

Bukan tidak suka, tapi memang genre-nya beda. Saya bisa bicara seperti itu karena saya pun pernah terlibat di film horor seperti demikian. Itu tantangannya berbeda lagi. Kali ini filmnya jadi perempuan melawan perempuan, di tengah-tengah kekacauan. Kami juga banyak sekali membahas masalah realita kehidupan di Indonesia. Jadi topiknya cukup sensitif. Saya suka.

Pakunjara ini sosok antagonis, berbeda dari peran-peran Anda sebelumnya. Apa yang tantangan paling berkesan untuk peran antagonis?

Tentunya berbeda, terutama untuk tujuannya. Kalau protagonis tujuannya ke arah yang baik. Kalau antagonis itu hanya baik menurut dia. Kalau tantangan perannya sendiri otomatis juga sangat berbeda. Secara pembawaan beda, pola pikir pun beda. Kalau untuk riset, kami bisa riset untuk orang baik. Dia tujuan hidupnya apa, traumanya apa. Tapi kalau jadi jahat bagaimana? Nah itu kesulitannya.

Anda lebih menikmati peran antagonis atau protagonis?

Sosok antagonis seru juga. Menantang, saya malah ketagihan.

Untuk peran Pakunjara, seberapa jauh Anda mempersiapkan diri secara fisik dan mental, serta untuk koreografi adegan aksinya?

Pakunjara itu persiapannya tidak hanya fisik, tapi dia juga mental. Secara mental juga bagaimana caranya saya mencari tahu pola pikir seorang penyihir. Jadi benar-benar mental saya lebih terasa diuji begitu menjalankan peran sebagai seorang Pakunjara.

Kalau untuk fisiknya, jadi memang Pakunjara ini ada adegan aksi. Saya juga melakukan persiapan seperti fisiknya dulu, supaya kuat sebelum masuk koreo adegan aksi. Tapi, tantangannya, kalau olahraga, badan akan jadi berisi, sangat atletis. Nah, itu justru sesuatu yang saya hindari. Saya harus terlihat kurus, karena sebenarnya Pakunjara sudah berumur ratusan tahun.

Dalam membentuk karakter Pakunjara, bagaimana proses riset Anda? Berapa lama dan apa saja yang Anda lakukan?

Sebenarnya ini adalah karakter fiktif. Dengan kekuatannya fiktif juga. Jadi, lumayan menantang. Pada akhirnya saya benar-benar banyak mengobrol sama Mas Tommy (sutradara). Ini sebenarnya mau dibikin seperti apa sih? Karena walaupun saya pecinta film fantasi, tapi referensi karakter Pakunjara itu tidak ada. Lagi-lagi, ini semesta yang diciptakan oleh Mas Tommy.

Saya berusaha mendalami peran Pakunjara dengan banyak menyendiri. Karena memang lumayan menantang untuk menjadi Pakunjara yang diam, lumayan intimidatif, dan berbahasa Jawa Kuno saat membaca mantra. Walaupun sehari-hari dia berbahasa Indonesia. Mantra yang dibaca juga asli, ada beberapa mantra, tujuh sampai delapan. Salah satunya memang ada yang memanggil (iblis). Tapi intinya dari tujuh mantra itu artinya beda-beda.

Apa adegan paling menantang sebagai Pakunjara? 

Saya mungkin akan mengatakan bahwa semuanya cukup menantang. Karena sungguh, karakter Pakunjara adalah salah satu peran yang penuh tantangan bagi para pemain. Namun, yang paling menantang bagi saya adalah, saya sangat takut dengan ketinggian. Sangat takut. Kalau untuk adegan lain saya masih berani, tapi kalau berurusan dengan ketinggian, saya langsung ciut.

Ada satu adegan juga yang muncul di cuplikan film, di bagian awal ketika saya berdiri di atas atap gedung lantai enam. Dan kami benar-benar berada di ujung tepi bangunan. Jadi, kaki saya ini sudah benar-benar rasanya seperti ingin pingsan. Adegan itu juga dilakukan pada tengah malam, ketika kami sudah lelah setelah menyelesaikan beberapa adegan sebelumnya. 

Itu adalah adegan terakhir saya hari itu. Namun entah bagaimana, pada saat itu saya bisa melakukannya tanpa banyak drama. Di adegan itu saya harus berdiri di ujung lantai enam dan menatap ke bawah, dengan ekspresi wajah yang datar. Menurut saya, itu adalah adegan yang paling menegangkan.

Biodata Niken Anjani

Nama: Niken Ayu Anjani atau Niken Anjani

Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 18 Agustus 1987

Debut Film: Kawin Kontrak (2008)

Suami: Adimaz Pramono

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |