TEMPO.CO, Kupang - Satu dari tiga korban pelecehan seksual yang dilakukan eks Kapolres Ngada, Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja, ternyata sudah putus sekolah sejak SMP. Ibu korban sedang bekerja di luar negeri sebagai TKI.
"Korban dari Kapolres ini, ibunya berada di luar negeri menjadi TKI, sehingga putus sekolah sejak SMP," kata anggota komisi XIII DPR RI, Umbu Kabunang Rudianto Hunga, Selasa, 1 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama menjalani masa reses di daerah pemilihan (Dapil), Umbu Kabunang menyempatkan diri menjenguk dua orang korban pelecehan seksual eks Kapolres Ngada.
Dia menyayangkan tingginya kasus pelecehan seksual di NTT. Bahkan 75 persen narapidana yang berada di lapas dan rutan adalah predator seksual. “NTT sedang dilanda krisis moral dan etika,” kata Rudi.
Pada saat kunjungan ke sejumlah lapas dan rutan di daratan Timor, dia menemukan fakta yang mengkhawatirkan. Bahkan di sebuah lapas khusus anak, terdapat 33 anak binaan yang tersangkut kasus pelecehan seksual. “Anak-anak pelaku ini berusia antara 12 hingga 18 tahun. Selain itu, ada juga pelaku dari kalangan pria dewasa hingga kakek-kakek,” ujarnya.
Rudi menyoroti bahwa lemahnya pengawasan orang tua menjadi salah satu penyebab utama maraknya kasus pelecehan seksual dengan pelaku maupun korban anak. Banyak korban berasal dari keluarga broken home atau ditinggalkan orang tua, seperti ibu yang merantau ke luar negeri.
“Ini sangat miris bagi generasi muda NTT. Pengaruh internet dan media sosial yang tidak diawasi dengan baik juga menjadi faktor pemicu,” katanya.
Ia pun mengajak para tokoh agama seperti pendeta, pastor, dan ulama untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap pengawasan anak-anak mereka. Selain itu, guru di sekolah juga diharapkan memberikan pemahaman kepada siswa agar tidak terjerumus dalam tindakan kekerasan seksual.
Pilihan Editor: Tim Hukum Ridwan Kamil Kumpulkan Bukti untuk Laporkan Perempuan LM ke Polisi