5 Fakta Gempa Myanmar yang Perlu Diketahui

1 day ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Myanmar diguncang gempa bumi hebat berkekuatan 7,7 skala Richter pada Jumat, 28 Maret 2025. Sedikitnya 1.700 orang tewas dan 3.400 lainnya mengalami luka-luka. Selain itu, sekitar 300 orang masih dinyatakan hilang. Bencana ini menjadi salah satu yang paling mematikan dalam sejarah negara tersebut.

Menurut Program Bahaya Gempa Bumi Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), jumlah korban bisa mencapai hingga 10.000 orang, dengan potensi dampak ekonomi yang setara dengan 70 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut beberapa fakta penting terkait gempa Myanmar yang dirangkum Tempo dari berbagai sumber:

1. Episentrum Gempa di Wilayah Sagaing

Gempa utama berpusat di wilayah Sagaing dan terjadi pada kedalaman sekitar 10 kilometer (km). Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), guncangan pertama disusul oleh gempa berkekuatan 6,4 skala Richter hanya dalam 12 menit kemudian.  

2. Dampak Meluas ke Negara Tetangga

Getaran gempa tidak hanya dirasakan di Myanmar, tetapi juga di negara-negara tetangga seperti Thailand, India, Bangladesh, dan Kamboja. Di Bangkok, Thailand, sedikitnya 10 orang tewas dan ratusan lainnya masih terjebak akibat runtuhnya sebuah gedung pencakar langit.

3. Myanmar Berada di Zona Seismik Aktif

Myanmar merupakan salah satu negara yang paling aktif secara seismik di dunia. Meskipun gempa besar jarang terjadi di wilayah Sagaing, gempa kali ini diperkirakan menjadi yang terbesar dalam 75 tahun terakhir.

4. Gempa di Tengah Krisis Kemanusiaan

Amnesty International menyoroti bahwa gempa bumi ini terjadi di saat yang paling sulit bagi Myanmar, mengingat banyaknya warga yang mengungsi dan kebutuhan bantuan yang masih mendesak. Terbatasnya akses media membuat informasi tentang tingkat kerusakan dan jumlah korban belum sepenuhnya terungkap, ujar Joe Freeman, peneliti Myanmar dari organisasi tersebut.

Sejak junta militer menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi pada 2021, Myanmar mengalami ketidakstabilan yang parah. Krisis ekonomi dan runtuhnya layanan dasar, termasuk kesehatan, semakin memperburuk keadaan.

Di tengah konflik berkepanjangan dan isolasi internasional, upaya penyelamatan pun menjadi lebih sulit. Meski demikian, pemimpin dari India, Prancis, dan Uni Eropa telah menyatakan kesediaan mereka untuk membantu. Bahkan mantan Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya memangkas bantuan luar negeri, ikut menjanjikan dukungan.

5. Bantuan Internasional Mulai Berdatangan

Rusia dan China telah mengerahkan regu penyelamat, tenaga medis, serta peralatan khusus ke Myanmar untuk membantu pencarian korban dan pemulihan pasca-bencana. Pemimpin junta Myanmar, Min Aung Hlaing, juga telah meminta bantuan internasional guna menangani situasi ini.

Ida Rosdalina dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |