Sepeda motor listrik China kekuatan baru di jalanan Indonesia

5 days ago 23

Nanjing (ANTARA) - Bagi Dani Sabri, seorang kurir di Indonesia, kendaraan listrik roda dua buatan China telah menjadi kendaraan impiannya karena tidak membutuhkan bahan bakar, ruang kargonya besar, pengoperasiannya mudah, dan harganya terjangkau.

Pada November tahun lalu, Dani membeli sepeda motor listrik pertamanya untuk menggantikan sepeda motor lamanya yang berbahan bakar bensin.

Dengan pengisian daya baterai penuh, kendaraan itu mampu menempuh jarak lebih dari 90 kilometer, sehingga menjadikan kendaraan itu solusi ideal untuk keperluan pengiriman barang.

"Dibandingkan dengan sepeda motor saya sebelumnya, saya menghemat rata-rata Rp30.000 untuk biaya bahan bakar setiap hari. Ditambah lagi, motor ini dapat mengangkut lebih banyak barang, dan saya mendapatkan penghasilan tambahan sebesar Rp1 juta per bulan," ujar Dani.

"Kini, saya tidak bisa membayangkan kehidupan sehari-hari tanpanya. Ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan pekerjaan saya," lanjutnya.

Menurut Dani, kendaraan roda dua listrik buatan China kini semakin banyak terlihat di jalanan Indonesia, dan banyak orang yang ingin mencobanya.

Di China, kendaraan listrik roda dua sudah lama menjadi pemandangan lazim di jalanan, dengan lebih dari 400 juta sepeda motor listrik digunakan pada 2023.

Namun, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, jalanan masih didominasi oleh suara deru sepeda motor berbahan bakar bensin.

Menurut ABeam Consulting, Asia Tenggara telah melampaui Eropa dan Amerika Utara untuk menjadi pasar terbesar ketiga di dunia untuk kendaraan listrik roda dua, setelah India dan China.

Meningkatnya fokus global pada transportasi rendah karbon telah membuka peluang emas bagi sepeda listrik dengan kecepatan berkendara yang layak untuk berkembang, dan permintaan terus meningkat di seantero Asia Tenggara.

Sejak 2019, negara-negara seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam telah memperkenalkan kebijakan untuk membatasi emisi karbon dan mengurangi pencemaran lingkungan, yang menciptakan lingkungan kondusif bagi sepeda listrik buatan China untuk masuk dan berkembang.

Pada 2023, Indonesia meluncurkan program subsidi pembelian sepeda motor listrik, yang menawarkan hingga Rp7 juta untuk setiap motor listrik baru atau konversi sepeda motor bertenaga bensin menjadi sepeda motor listrik.

Kebijakan ini, bersama dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan, telah memacu ekspansi pasar kendaraan listrik roda dua yang pesat di Asia Tenggara.

Indonesia, dengan target mengonversi 20 persen sepeda motor berbahan bakar bensin menjadi listrik per 2025, mengatakan mereka menargetkan untuk memiliki 1,8 juta kendaraan roda dua listrik di jalan raya pada tahun tersebut.

Mayoritas kendaraan roda dua listrik yang diekspor ke Asia Tenggara berasal dari Kota Wuxi, Provinsi Jiangsu, China timur, khususnya Distrik Xishan di kota itu, yang dikenal sebagai "kampung halaman kendaraan listrik China".

Distrik itu menyumbang sepertiga dari pangsa pasar global, memproduksi lebih dari 15 juta kendaraan roda dua listrik setiap tahunnya.

Produk-produk ini diekspor ke lebih dari 140 negara dan kawasan di seluruh dunia.

Wu Jianhua, wakil manajer umum divisi penjualan Indonesia di Jiangsu SUNRA E-Vehicle Co., Ltd., masih ingat perjalanan bisnis pertamanya ke Indonesia beberapa tahun lalu.

Dia terkejut dengan banyaknya sepeda motor di jalanan, dan merasakan adanya potensi ekspor yang sangat besar untuk kendaraan listrik. Namun, Wu percaya bahwa pendekatan lokal akan sangat penting.

"Iklim tropis Indonesia, dengan suhu panas, kelembapan, dan medannya yang kompleks, menciptakan jenis permintaan yang beragam. Karenanya, sepeda motor listrik harus memenuhi persyaratan keselamatan, daya, dan jarak tempuh," kata Wu.

Lebih lanjut dia memaparkan bahwa mereka meluncurkan berbagai macam produk di Indonesia dengan merek SUNRA, termasuk sepeda motor listrik berkecepatan tinggi, skuter, dan sepeda, yang dirancang untuk memenuhi beragam kebutuhan transportasi di Indonesia.

Perusahaan yang berpusat di Wuxi itu juga telah mendirikan pabrik manufaktur pintar luar negeri seluas 12,6 hektare di Kawasan Industri Kendal, Provinsi Jawa Tengah, di samping pusat pemasaran yang mengintegrasikan pameran, penukaran baterai, layanan purnajual, dan promosi merek, sehingga dengan cepat memperkuat kehadiran mereknya.

Wu menekankan bahwa Indonesia, sebagai mitra penting Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, memainkan peran kunci dalam membentuk ekosistem mobilitas hijau di Asia Tenggara.

Dengan berinvestasi di Indonesia, SUNRA juga sejalan dengan visi pemerintah Indonesia untuk mengubah negara ini menjadi pusat manufaktur pada 2045.

Strategi melokalkan sistem produksi dan penjualan, berdasarkan kebutuhan konsumen lokal, peraturan setempat, dan lanskap persaingan, menjadi semakin lazim di antara perusahaan-perusahaan kendaraan listrik roda dua terkemuka China yang berekspansi ke pasar Asia Tenggara.

"Hanya dengan berada dekat dengan pasar, kami dapat benar-benar memahami apa yang dibutuhkan konsumen dan melayani mereka dengan lebih baik lagi," ujar Yang Guimin, kepala rantai pasokan luar negeri di Jiangsu Enwa Technology Co., Ltd.

"Pasar kendaraan roda dua listrik di Asia Tenggara masih dalam tahap awal. Kebiasaan konsumen, preferensi estetika, dan skenario penggunaan di dunia nyata sangat berbeda dengan yang ada di China. Sangat penting untuk memasuki pasar lokal, menyesuaikan produk, dan menawarkan layanan yang sesuai," tambah Yang.

Pada Mei tahun lalu, Yadea, produsen kendaraan listrik roda dua lainnya dari Wuxi, mulai membangun pabrik pintar dan basis penelitian dan pengembangan (litbang) terbesarnya di Asia Tenggara, yang berlokasi di Suryabuat, Karawang, Provinsi Jawa Barat.

Dengan luas 27 hektare, fasilitas ini diharapkan akan selesai pada 2026, menciptakan lebih dari 3.000 lapangan kerja baru dan mencapai kapasitas produksi tahunan sebesar 3 juta unit.

Shen Yu, seorang eksekutif di Yadea Group, mengungkapkan bahwa fasilitas tersebut akan menampilkan produksi otomatis dan digital, yang mencakup teknik produksi inti seperti pengelasan, pengecatan, dan perakitan motor.

"Kami tidak bersaing dalam hal harga, namun kami fokus pada inovasi teknologi untuk memastikan kualitas produk kami. Hal ini akan membantu kendaraan listrik roda dua China membangun pengenalan merek yang kuat di pasar Asia Tenggara," kata Shen.

Dari baterai graphene yang memungkinkan jarak tempuh 200 km setelah pengisian daya selama satu jam, hingga pelacakan lokasi yang terintegrasi dengan aplikasi seluler dan alarm antipencurian, kendaraan listrik roda dua China berevolusi menjadi produk yang dipersonalisasi dan produk kelas atas dengan daya tarik internasional.

Selain komuter harian, peningkatan pesat layanan pengiriman seperti pengiriman makanan dan layanan kurir, bersama dengan pertumbuhan sharing economy di negara-negara seperti Indonesia, menghadirkan peluang baru bagi produsen kendaraan listrik roda dua China.

Perusahaan-perusahaan China ini terus menjajaki peluang-peluang baru, seperti menjual langsung ke platform pengiriman, berkolaborasi dalam model penyewaan sepeda motor listrik, dan bahkan ikut mengembangkan merek kendaraan listrik baru.

"Saat ini, pasar Indonesia masih dalam tahap membangun merek, beralih dari persaingan harga ke persaingan nilai. Kami berkomitmen pada investasi strategis jangka panjang, dengan fokus pada integrasi rantai pasokan, kontrol kualitas, dan manajemen biaya untuk menang dengan keunggulan produk kami," kata Wu Jianhua.

"Seiring ekonomi platform Indonesia yang semakin bertumbuh, penerimaan konsumen terhadap kendaraan listrik roda dua pun semakin meningkat, dan prospek pasarnya menjadi sangat menjanjikan," imbuhnya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |