INFO NASIONAL – Menjelang akhir masa reses, Komisi VII DPR melaksanakan kunjungan kerja untuk menyerap sejumlah aspirasi pelaku industri kecil menengah dan UMKM lokal. Berdasarkan hasil lawatan itu, Wakil Ketua Komisi VII DPR Rahayu Saraswati menyampaikan sejumlah isu strategis yang menjadi perhatian. Mulai dari permasalahan impor barang jadi hingga tantangan bahan baku dan akses permodalan.
Rahayu mengakui produk lokal belum bisa bersaing terkait harga, karena itu dibutuhkan solusi yang tepat sasaran. “Kami memberikan masukan kepada Kementerian Perdagangan maupun Bea Cukai agar kebijakan impor, khususnya bahan baku untuk industri, tidak merugikan produsen dalam negeri," ujar Rahayu di Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin, 14 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ia berpendapat, kebijakan pembatasan impor harus selektif dan sesuai dengan arahan Presiden Prabowo untuk mengurangi kuota impor, terutama barang jadi yang berpotensi mematikan industri dalam negeri.
Selain isu impor, perizinan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) juga menjadi sorotan. Rahayu menyebut perlunya pendekatan lintas sektor secara holistik dari hulu ke hilir untuk mendukung keberlangsungan UMKM, ekonomi kreatif, dan industri dalam negeri.
Rahayu juga menyoroti dominasi barang jadi dari China yang menjadi tantangan serius bagi industri lokal. Sebagai salah satu solusi, ia mengusulkan agar pintu masuk barang dari China dialihkan ke wilayah Indonesia timur agar distribusi ke Pulau Jawa tidak terlalu mudah, sehingga produk lokal bisa lebih kompetitif.
Ia juga menyinggung peluang ekspor ke Amerika Serikat. "Tarif bea masuk untuk barang Tiongkok ke AS mencapai 100 persen, sedangkan Indonesia hanya 32 persen. Ini bisa jadi peluang besar jika kita bisa menjadi reseller dan memanfaatkan jalur distribusi secara cerdas," tutupnya.
Sedangkan terkait akses permodalan, Rahayu menyampaikan dukungan penuh terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan oleh bank pemerintah seperti BRI. Namun, ia menilai perlu ada sosialisasi lebih luas, karena banyak masyarakat belum mengetahui bahwa pinjaman di bawah Rp100 juta tidak memerlukan agunan.
Kendati begitu, politikus dari Gerindra itu mengapresiasi inovasi pelaku usaha lokal. Sebagai contoh merek sepatu "Pijak Bumi" yang menggunakan sampah plastik daur ulang sebagai bahan utama. Inisiatif seperti ini dianggap penting dalam mendorong industri ramah lingkungan.
"Kami mendengar banyak hal positif, seperti ban bekas yang dijadikan sandal, jamur yang digunakan untuk bahan sepatu, dan ini menunjukkan potensi luar biasa produk ramah lingkungan di Indonesia," ucapnya. (*)