Israel Pertama Kali Izinkan 180 Yahudi Berdoa di Al Aqsa

1 day ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Israel mengizinkan lebih dari 1.000 jamaah Yahudi memasuki Masjid Al Aqsa pada Rabu lalu, 16 April 2025. Dari seribuan umat Yahudi itu, sekitar 180 orang pertama kalinya diizinkan berdoa di Masjid Al Aqsa.

Mereka terlihat memasuki situs tersebut, yang disebut sebagai Temple Mount dalam agama Yahudi, diapit oleh dinas keamanan Israel. Langkah ini menandai perubahan dari kebijakan Israel sebelumnya yang mengizinkan tidak lebih dari 30 warga Yahudi Israel pada satu waktu memasuki lokasi tersebut. Wilayah itu ditaklukkan oleh Israel dalam perang pada 1967 dan diakui sebagai wilayah pendudukan secara internasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti dilansir dari Middle East Eye, Wakaf Islam, organisasi yang mengelola Masjid Al-Aqsa, mengatakan bahwa 1.200 warga Yahudi Israel memasuki tempat suci tersebut pada hari Rabu. Lebih dari 4.000 orang telah menyerbu tempat suci tersebut sejak liburan Paskah dimulai akhir pekan lalu.

Polisi Israel mengatakan bahwa kunjungan ke Temple Mount sesuai dengan peraturan dan batasan ukuran rombongan, yang ditentukan. Petugas telah memperhitungkan jumlah pengunjung secara keseluruhan dan kemampuan polisi untuk memastikan keselamatan dan ketertiban publik.

Ribuan jamaah Yahudi terlihat menari dan berpesta di pintu masuk Gerbang Singa menuju Kota Tua Yerusalem. Jamaah Muslim dilarang memasuki masjid.

Aouni Bazbaz, direktur urusan internasional di Waqf, mengatakan bahwa kejadian pada hari Rabu belum pernah terjadi sebelumnya. "Ini adalah pemandangan yang menakutkan," katanya.

Bazbaz menambahkan bahwa jumlah total pemukim yang memasuki lokasi tersebut pada tahun 2003 berjumlah 258 orang. Sementara sementara jumlah yang memasuki Al Aqsa meningkat pesat. 

“Hari ini (sebagai Wakaf Islam), kami akan berhadapan dengan sesuatu yang belum pernah dihadapi sebelumnya,” katanya.

Kepala Rabbi Yerusalem telah lama menyatakan bahwa ibadah orang Yahudi di Temple Mount dilarang kecuali para penyembahnya murni secara ritual. Namun banyak pemukim Yahudi Ortodoks menentang sikap ini, dengan alasan bahwa melarang mereka beribadah di sana merupakan tindakan diskriminatif.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya mengatakan bahwa status quo di Temple Mount tidak berubah dan tidak akan berubah. Netanyahu mengacu pada dekrit Ottoman tahun 1757 yang menegaskan kembali larangan non-Muslim memasuki Masjid Al-Aqsa dan memberikan hak kepada orang Yahudi untuk berdoa di Tembok Barat.

Pilihan editor: Top 3 Dunia: Pangkalan Rusia di Papua, Sugiono ke AS

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |