When Life Gives You Tangerines: Potret Anak Perempuan Pertama dan Ekspektasi Keluarga

1 day ago 2

CANTIKA.COM, Jakarta - Drama Korea When Life Gives You Tangerines menghadirkan cerita yang menyentuh dan relatable, terutama bagi mereka yang tumbuh sebagai anak pertama dalam keluarga. Dibintangi oleh IU dan Park Bo Gum, drama ini tak hanya mengisahkan konflik keluarga dan kehidupan, tapi juga membuka ruang kontemplasi tentang hubungan anak dengan orangtua, terutama anak perempuan pertama yang sering kali tumbuh bersama dengan orangtuanya, bukan setelah mereka siap menjadi orangtua, tapi justru saat mereka juga sedang belajar.

Cerita Drama When Life Gives You Tangerines

When Life Gives You Tangerines adalah drama Korea yang mengisahkan perjalanan cinta antara Oh Ae Sun dan Yang Gwan Sik, dimulai dari tahun 1950-an di Pulau Jeju hingga masa kini. Ae Sun, seorang gadis pemberontak yang mencintai buku, bercita-cita menjadi penyair meskipun terhalang oleh latar belakang keluarganya yang miskin dan tidak dapat bersekolah. Gwan Sik, pemuda yang tulus dan pekerja keras, diam-diam mencintai dan menghormati Ae Sun, selalu mendukungnya dalam mengejar impiannya.

Sepanjang cerita, drama ini menggambarkan bagaimana hubungan mereka menghadapi berbagai tantangan, termasuk perbedaan status sosial, penolakan keluarga, dan perubahan zaman. Kisah mereka mencerminkan ketahanan cinta sejati yang mampu bertahan melewati berbagai rintangan dan ujian waktu.

Selain fokus pada hubungan Ae Sun dan Gwan Sik, drama ini juga menyoroti dinamika keluarga, persahabatan, dan perjuangan individu dalam mengejar mimpi di tengah keterbatasan. Latar belakang Pulau Jeju yang indah menambah kedalaman visual dan emosional pada cerita, menjadikannya lebih hidup dan menyentuh.

Dengan alur cerita yang emosional dan karakter yang mendalam, When Life Gives You Tangerines menawarkan pengalaman menonton yang menggugah perasaan dan pemikiran tentang cinta, keluarga, dan impian.

Salah satu tokoh menarik dalam drama ini adalah Yang Geum Myeong, anak pertama dari pasangan Yang Gwan Sik dan Oh Ae Sun. Karakternya diperankan dengan penghayatan mendalam oleh IU, menunjukkan betapa anak pertama sering kali diposisikan sebagai co-pilot dalam keluarga seperti ibunya ketika masih muda.

Ia membantu orangtuanya menghadapi hidup, kadang bahkan sebelum dirinya sendiri memahami dunia. Dalam banyak adegan, penonton bisa merasakan bagaimana ia ikut tumbuh bersama orangtuanya, melihat mereka jatuh, belajar, dan membangun keluarga sambil terus menyesuaikan diri.

Konsep anak pertama ikut tumbuh bersama orangtua terasa sangat kuat dalam cerita ini. Tidak seperti adik-adiknya yang mungkin lahir ketika orangtua sudah lebih siap secara emosional maupun finansial, anak pertama sering menjadi bagian dari proses belajar menjadi orangtua. Artinya, ia menyaksikan kesalahan pertama, keterbatasan, bahkan ketidaktahuan orangtuanya tentang pengasuhan.

Dalam drama ini, karakter Yang Geum Myeong kerap menjadi saksi dan korban dari proses itu. Tapi di sisi lain, ia juga menjadi sumber kekuatan bagi keluarganya. Ia belajar memahami bukan hanya dirinya, tapi juga orangtuanya sebagai manusia biasa, bukan sosok sempurna yang selalu tahu arah.

Sifat anak pertama, khususnya anak perempuan pertama, digambarkan dengan sangat akurat dalam drama ini. Geum Myeong digambarkan sebagai sosok perempuan yang realistis tapi penuh empati, terbiasa menyesuaikan diri, dan jarang mengeluh. Ia sering kali menjadi ‘penengah’, pengambil keputusan saat orangtua bimbang, atau bahkan penjaga adik-adiknya. Semua itu digambarkan dengan nuansa yang lembut dan menyayat hati dalam When Life Gives You Tangerines.

Drama ini menunjukkan bagaimana ekspektasi kepada anak pertama bisa begitu membentuk watak mereka. Mereka tumbuh cepat, berpikir dewasa sejak dini, dan kadang terlalu keras pada diri sendiri.

Relasi Anak dan Orangtua yang Penuh Rasa Tak Terucap

Salah satu kekuatan utama dalam drama ini adalah penggambaran hubungan anak dengan orangtua yang tidak melulu harmonis tapi sarat makna. Ada jarak, ada kesalahpahaman, namun ada cinta yang tidak selalu diungkapkan dengan kata-kata. Drama ini menyorot bagaimana komunikasi yang terbatas bisa menciptakan luka kecil yang membekas seumur hidup.

Relasi Geum Myeong dengan ayahnya, Gwan Sik, digambarkan sebagai relasi yang ideal antara ayah dan anak perempuannya. Kedekatan antara anak perempuan pertama dan ayahnya sering kali menjadi hubungan yang istimewa dan mendalam. Sebagai figur laki-laki pertama dalam kehidupan anaknya, sosok sang ayah memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan pandangan hidup putrinya.

Dalam sebuah adegan di drama tersebut, Gwan Sik berkali-kali selalu ada untuk setiap momen pertama anaknya dan selalu mengatakan hal seperti, "Kalau kamu tidak kuat, lari saja, ada ayah yang akan selalu menunggu di belakangmu." Perasaan aman yang diberikan Gwan Sik membuat anaknya merasa nyaman dan terlindungi. Sang ayah tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi segala hal terbaik untuk kedua anaknya.

Tentunya, hal itu menjadi sumber kepercayaan diri bagi Geum Myeong dalam melewati setiap tahap dalam hidupnya, mulai dari belajar makan, sekolah, tes masuk perguruan tinggi, hingga ke jenjang pernikahan. 

Namun, hubungannya dengan sang ibu kerap digambarkan sebagai pertemuan dua pribadi yang sama-sama kuat. Ae Sun, dengan pendirian yang teguh, secara tak sadar mewariskan ambisi dan mimpi-mimpinya kepada Geum Myeong. Sebagai anak perempuan pertama yang kehilangan ibunya di usia muda, Ae Sun tumbuh tanpa sosok panutan perempuan.

Hal itu membuatnya harus mencari jalannya sendiri dalam membesarkan anak sulung perempuannya, dengan cara yang tak biasa, tetapi dilandasi kasih yang tidak selalu bisa ia ungkapkan dengan mudah. Di sisi lain, ibunya juga selalu berusaha memastikan anaknya mendapatkan yang terbaik dan hidup dalam kecukupan, sebuah hal yang tak pernah benar-benar ia rasakan saat tumbuh besar.

Geum Myeong sebagai anak perempuan pertama, merasakan beban ekspektasi tersebut. Ia berusaha memenuhi harapan ibunya sambil mencari identitas dan kebahagiaannya sendiri. Dalam perjalanannya, Geum Myeong menghadapi berbagai tantangan, termasuk dalam hubungan asmaranya dengan Park Yeong Beom (diperankan oleh Lee Jun Young).

Meskipun mereka saling mencintai dan telah merencanakan pernikahan, tekanan dari ibu Yeong Beom yang tidak menyetujui hubungan mereka membuat Geum Myeong mempertimbangkan kembali keputusannya. Ia tidak ingin melihat orang tuanya, terutama ibunya, diperlakukan dengan tidak hormat oleh calon mertuanya. Akhirnya, Geum Myeong memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan Yeong Beom demi menjaga harga diri keluarganya dan dirinya sendiri.

Keputusan Geum Myeong mencerminkan kekuatan dan kemandirian yang mungkin diwarisinya dari Ae Sun. Meskipun hubungan mereka diwarnai ketegangan, ada benang merah yang menghubungkan keduanya: keinginan untuk melindungi keluarga dan mempertahankan martabat. Drama ini dengan apik menyoroti bagaimana pengalaman dan pilihan hidup orang tua dapat memengaruhi anak-anak mereka, terutama anak pertama yang sering kali menjadi penerima langsung dari harapan dan mimpi yang belum terwujud.

Kesamaan Ae Sun dan Geum Myeong sebagai anak perempuan pertama, sama-sama memikul beban keluarga, dan sama-sama belajar bertahan dalam sunyi. Dalam banyak adegan, kita melihat bagaimana Geum Myeong berusaha memahami ibunya, meski kerap merasa tidak dimengerti. Di sisi lain, Ae Sun, yang tumbuh tanpa contoh bagaimana menjadi ibu bagi anak perempuan, juga belajar untuk memahami jalannya ketika mendidik anak-anaknya.

Namun seiring berjalannya cerita, kita diajak melihat bahwa memahami satu sama lain adalah proses. Sama seperti anak pertama yang tumbuh sambil menyesuaikan diri, orangtua pun belajar menjadi lebih terbuka dan menerima.

Inilah dinamika khas hubungan anak dengan orangtua yang diangkat dengan sangat jujur dalam When Life Gives You Tangerines. Tak ada yang sempurna. Bahkan kasih sayang pun bisa datang dalam bentuk yang sulit didekati—seperti ekspektasi, tuntutan, atau diam yang panjang. Namun drama ini memperlihatkan bahwa di balik semua itu, ada cinta yang mencoba bertahan di antara dua hati yang sama kerasnya.

Bagi banyak penonton, terutama mereka yang merupakan anak perempuan pertama, cerita ini terasa sangat relatable. Mereka tahu bagaimana rasanya tumbuh dengan standar tinggi, bagaimana sulitnya menjadi "anak panutan", dan bagaimana seringnya mereka harus terlihat kuat bahkan saat lelah.

When Life Gives You Tangerines berhasil menggambarkan kompleksitas hubungan orangtua dan anak perempuan pertama, menunjukkan bahwa di balik ketegangan dan perbedaan, terdapat cinta dan harapan yang mendalam. Drama Korea ini mengajak penonton untuk merenungkan bagaimana ekspektasi dan pengalaman hidup dapat membentuk dinamika keluarga, serta pentingnya komunikasi dan pengertian dalam menjembatani perbedaan antar generasi.

Pilihan Editor: IU Bantah Rumor Gaji 5 Miliar Per Episode Drakor When Life Gives You Tangerines

NETFLIX

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |