TEMPO.CO, Yogyakarta - Salah satu kekayaan lokal Yogyakarta tak lain adalah melimpahnya produk kerajinan dari lima kabupaten/kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa di antaranya sudah masuk pasar ekspor. Mulai dari yang berbahan kain, gerabah, logam, juga serat alam.
Sebagian besar kerajinan tersebut juga menjadi oleh-oleh wisatawan yang berkunjung, terutama wisatawan mancanegara. Arief Hidayat Duta Besar RI di kawasan Afrika, terutama untuk Zimbabwe merangkap Zambia menuturkan, kerajinan asal Yogyakarta perlu pasar baru yang lebih luas sehingga tak hanya bermain di kawasan benua Amerika dan Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami sedang mendorong penetrasi pasar baru untuk kerajinan kreatif Yogyakarta bisa masuk ke pasar Afrika, karena Yogya sangat unggul terutama kerajinan logam seperti perak, batik, dan mebel atau furniture-nya," kata Arief usai bertemu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kantor Gubernur Kepatihan Yogyakarta, Jumat 2 Mei 2025.
Kawasan Afrika Tengah menjadi salah satu contoh potensial pasar baru ekspor kerajinan asal Yogyakarta. Kamerun misalnya, yang telah menjadi salah satu negara yang langganan mengimpor produk furnitur dari Indonesia, bisa dimanfaatkan para untuk pasar baru yang masih terbuka luas ini.
Dalam pertemuan dengan Raja Keraton Yogyakarta itu, Arief yang datang bersama lima dubes lainnya, juga membahas sejumlah hal untuk mempersiapkan pasar baru kerajinan asal Yogyakarta. Menurutnya, Sultan meminta penetrasi pasar untuk kerajinan Yogyakarta bisa dilalukan dengan sejumlah cara. Seperti bentuk kerjasama dan penyiapan logistik.
"Produsen produk kerajinan memang perlu menyiapkan infrastruktur logistik yang mendukung, seperti gudang transit atau showroom untuk produk setengah jadi yang bisa diolah menjadi produk matang di Afrika," kata Arief.
Dengan masuknya produk kerajinan Yogyakarta ke pasar baru seperti Afrika itu, kata Arif, tidak hanya sekedar memasarkan produk lokal semata. Tetapi juga mengenalkan warna budaya Yogyakarta, sehingga bisa mendorong kunjungan wisata dari Afrika ke Yogyakarta yang selama ini masih minim.
Adapun Dubes RI untuk Kenya merangkap Somalia, Uganda, Kongo, UNEP, dan UN-Habitat, Tyas Baskoro Her Witjaksono Adji yang turut dalam pertemuan itu mengatakan ada sejumlah alasan Afrika bisa menjadi pasar baru potensial bagi kerajinan Yogyakarta. "Afrika adalah benua masa depan karena memiliki banyak usia muda, potensi pertumbuhan ekonomi sangat tinggi dan sumber daya alam besar," katanya.
Pasar Afrika, kata Tyas, parut dilirik karena negara itu tak hanya berfokus pada perdagangan saja. Menurutnya investasi dan penerapan teknologi tepat guna dari Indonesia juga relevan dan cocok dengan Afrika.