Soal Banjir Bandang yang Rendam Daerah Panjang Bandar Lampung

5 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung saat ini sedang mendata wilayah-wilayah yang terdampak banjir bandang di Kecamatan Panjang, Kota Bandarlampung, yang terjadi pada Senin, 21 April 2025.

"Pemerintah Provinsi Lampung sudah berkomunikasi dengan Pemerintah Kota Bandarlampung untuk segera menanganinya," ujar Penjabat Sementara (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi Lampung M Firsada di Bandar Lampung, Selasa, dikutip dari Antara, Selasa, 22 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menyampaikan bahwa proses pendataan ini dilakukan untuk mempermudah dan mempercepat upaya penanganan terhadap warga yang menjadi korban banjir.

"Kami juga sudah melakukan pemetaan daerah mana yang terdampak cukup parah dan sudah meninjau secara langsung ke lokasi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak banjir bandang di Kecamatan Panjang," katanya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung melaporkan bahwa tiga orang meninggal dunia akibat banjir bandang yang dipicu oleh hujan lebat di wilayah Panjang, Kota Bandarlampung.

"Tiga orang meninggal dunia sudah dilakukan evakuasi oleh Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Bandarlampung," kata Humas BPBD Provinsi Lampung Wahyu Hidayat, dalam keterangannya di Bandarlampung, Senin.

"Ketiga jenazah sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah A Dadi Tjokrodipo Bandarlampung," kata dia.

Apa itu Banjir Bandang?

Banjir bandang merupakan jenis banjir yang sering terjadi di aliran sungai dengan kemiringan dasar yang sangat curam. Air mengalir dengan kecepatan dan volume tinggi, sehingga mampu menyeret pohon-pohon, batu besar, serta merusak apa pun yang dilaluinya. Meski bersifat merusak, banjir jenis ini biasanya cepat surut.

Dikenal juga dengan sebutan air bah, banjir bandang adalah bencana alam yang dapat mengancam keselamatan manusia, terutama saat curah hujan tinggi. Banjir ini umumnya datang secara tiba-tiba dari wilayah dataran tinggi menuju dataran rendah, khususnya di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Selain kerugian materiil, banjir bandang kerap menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Namun, meskipun datangnya tiba-tiba, banjir bandang sebenarnya bisa diperkirakan lebih awal dengan mengamati pola curah hujan dan aliran air. Sebagai langkah pencegahan, penting untuk memahami penyebab serta gejala-gejala awal yang patut diwaspadai.

Penyebab terjadinya banjir bandang

Penyebab banjir bandang dikutip dari laman BPBD dan Kemkes, sebagai berikut.


1. Hujan Lebat  

Curah hujan yang tinggi dalam waktu singkat di suatu wilayah, terutama di sekitar aliran sungai, dapat menjadi pemicu utama terjadinya banjir bandang. Volume air yang melebihi kapasitas sungai menyebabkan air meluap dan mengalir dengan deras. Aliran ini bisa membawa material seperti batu, lumpur hasil erosi tebing, sedimen dari dasar sungai, hingga batang pohon yang terbawa arus, dan kemudian menyapu wilayah yang dilewatinya.

2. Kegagalan Tanggul  

Banjir bandang juga dapat disebabkan oleh jebolnya tanggul penahan sungai. Peristiwa ini sering terjadi di daerah sekitar aliran sungai aluvial, ketika tanggul pelindung tidak mampu menahan aliran air dengan ketinggian melebihi tebing sungai, baik karena kerusakan struktur maupun karena bendung buatan yang gagal berfungsi. Jenis banjir ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan besar.

3. Penebangan Hutan Secara Ilegal  

Aktivitas penebangan pohon secara liar berkontribusi besar terhadap terjadinya banjir bandang. Pohon berperan penting dalam menyerap air hujan ke dalam tanah. Ketika vegetasi hilang, air hujan tidak dapat diserap secara optimal, sehingga memperbesar potensi banjir, terutama di kawasan berbukit. Selain itu, ketidakseimbangan ini juga meningkatkan risiko longsor akibat tanah yang tidak mampu menahan beban air berlebih.

4. Pembangunan di Area Resapan Air  

Pemukiman atau bangunan yang didirikan di kawasan resapan air menyebabkan terganggunya proses alami penyerapan air ke dalam tanah. Ketika hujan deras turun, air tidak lagi meresap tetapi mengalir deras di permukaan, membuat kawasan permukiman berubah menjadi saluran air raksasa. Hal ini mempercepat aliran dan menambah volume air yang berpotensi menyebabkan banjir bandang.

5. Perbedaan Elevasi Wilayah  

Topografi yang terdiri dari dataran tinggi dan rendah turut memengaruhi risiko banjir bandang. Air yang mengalir dari daerah ketinggian akan bergerak semakin cepat saat menuju ke wilayah yang lebih rendah. Aliran deras dari atas ini bisa sangat kuat hingga merusak bangunan seperti rumah dan infrastruktur lainnya, sehingga wilayah di dataran rendah harus ekstra waspada terhadap potensi bahaya ini.

Andika Dwi berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |