Ratusan Siswa SMP di Buleleng yang Tak Bisa Membaca Akan Dapat Pendidikan Khusus

4 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti prihatin dengan ratusan siswa SMP di Buleleng, Bali, yang tak bisa membaca dengan lancar. Mu’ti mengatakan pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah untuk memperbaiki sistem belajar mengajar di daerah tersebut.

“Salah satunya adalah memberikan layanan pendidikan khusus, jadi mereka diberikan semacam remedial atau layanan pendidikan tambahan agar mereka dapat membaca,” kata Mu’ti saat ditemui usai menghadiri Konferensi Pers Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 di Gedung KPK, Jakarta, Kamis, 24 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak hanya itu, Mu’ti menyediakan layanan bimbingan konseling untuk anak-anak tersebut agar motivasi belajar mereka lebih tinggi dari sebelumnya. “(Dua layanan) itu sudah dimulai,” kata dia.

Mu’ti mendapat laporan bahwa ratusan anak yang tak bisa membaca itu disebabkan beberapa faktor. Pertama, mayoritas anak yang tidak membaca tersebut ternyata mengalami disleksia atau gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis dan mengeja.

Faktor lain, menurut Mu’ti, ialah banyak dari mereka ternyata juga masuk dalam kategori anak-anak berkebutuhan khusus. “Selain itu, mereka berasal dari keluarga yang tidak baik-baik saja,” ujarnya.

Selain ketiga faktor yang disebutkan itu, Mu’ti turut mendapat laporan ratusan siswa SMP tersebut juga memiliki motivasi belajar yang rendah. Penyebab lainnya, menurut Mu’ti, juga akibat dari pandemi Covid-19.

“Memang dalam masa pandemi itu mereka tidak mendapatkan layanan pendidikan yang baik. Sehingga ketika Covid-19 itu, mereka tidak bisa belajar karena berbagai hal. Kami sudah komunikasi dengan Dinas Pendidikan dan sudah mulai melakukan langkah-langkah untuk perbaikan,” kata dia.

Sebelumnya pada Kamis, 3 April 2025, Dewan Pendidikan Buleleng, Provinsi Bali menyebutkan ratusan siswa pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) di daerah tersebut tidak bisa membaca disebabkan karena berbagai macam faktor.

"Jumlahnya bervariasi di tiap sekolah mulai dari beberapa siswa saja hingga puluhan siswa. Sekolahnya tersebar hampir di seluruh SMP di sembilan kecamatan yang ada," kata Ketua Dewan Pendidikan Buleleng I Made Sedana, dikutip dari Antara.

Ia mengatakan data yang berhasil dihimpun Dewan Pendidikan bersama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) setempat bahwa hampir sekitar 400 orang anak lebih masih bermasalah pada bidang membaca dan mengeja, bahkan banyak diantara tidak bisa membaca sama sekali.

Data tersebut menurutnya berasal dari informasi yang diberikan oleh kepala sekolah kepada Disdikpora Buleleng. Data tersebut bahkan masih bisa bertambah karena data yang masuk hanya pada sekolah di bawah dinas semata, belum data dari madrasah.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |