TEMPO.CO, Jakarta - Bank sampah di Kampung Berseri Astra Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, aktif mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar solar melalui proses pirolisis sejak 2020. Pirolisis merupakan pemanasan bahan organik pada suhu tinggi, sehingga terurai menjadi gas, cairan, serta residu padat. Bank sampah bernama Rumah Literasi Hijau itu mampu menghasilkan hingga 20 liter solar per hari jika seluruh mesin pirolisis beroperasi.
"(Per hari) Mungkin bisa mengolah sampai 20 kilogram, hasilnya itu bisa kurang lebih 20 liter," kata Abda saat ditemui di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada Rabu, 28 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Volunteer Rumah Literasi Hijau, Abda, mengatakan prosesnya didahului dengan memilah sampah-sampah plastik yang sudah diperoleh. Sampah plasti yang ada itu dipilah menjadi tujuh jenis, kemudian mereka menyeleksi berdasarkan jenis plastik yang efektif untuk diolah menggunakan mesin pirolisis.
Dia mengatakan, plastik jenis polypropylene atau PP 5 salah satu jenis yang efektif untuk diolah menjadi solar. "Misalnya ada plastik jenis PP 5, itu biasanya lebih worth it untuk diolah dengan mesin pirolisis ini, hasilnya itu lebih bagus. Bisa 1 banding 1, misalnya kami masukkan 1 kilogram, jadinya 1 liter," ujar dia.
Jenis plastik yang juga efektif diolah menjadi bahan bakar solar adalah low density polyethylene (LDPE) seperti kantong keresek. Plastik jenis ini, kata Abda, menghasilkan solar lebih sedikit dibandingkan PP 5. "Itu biasanya kalau kami olah plastik kondisi bersih, kering, bisa mendapatkan hasil 1 kilogram, kemudian jadinya 700-800 mililiter," kata dia.
Sementara itu, jenis plastik yang kurang efektif diolah menjadi solar meliputi kemasan lotion hingga sterofoam. "Karena ada kandungan aluminiumnya itu, jadi minyak dari plastiknya itu sedikit," ujar dia.
Namun demikian, kata dia, produksi solar dari bank sampah induk ini juga tergantung pada kondisi sampah plastik serta sumber daya manusianya. Dia menyebut proses pemilahan sampah plastik di sana masih manual, sehingga butuh waktu. "Data dari 2020-2022, kami kurang lebih sudah mengolah sampah sekitar 8 ton. 8 ton sampah plastik yang sudah terolah dan menjadi bahan bakar solar di sini," kata dia.
Penggerak lokal Kampung Berseri Astra Pulau Pramuka, Mahariah, mengatakan bank sampah Rumah Literasi Hijau ini sudah menggunakan sistem digital, sehingga bisa memantau pergerakan angka di setiap unit bank sampah di Kepulauan Seribu secara real-time. "Teknologi itu memungkinkan kami melihat dinamika bank sampah, apakah satu bank sampah bisa menggerakkan segitu banyak sumber daya, bisa input seberapa banyak," ujar Mahariah.
Pengolahan sampah plastik di Rumah Literasi Hijau ini merupakan salah satu program dari Kampung Berseri Astra Pulau Pramuka. Head of Communications Management System and Partnership Astra, Elmeirillia Lonna, mengatakan saat ini sudah ada lebih dari 1.500 Kampung Berseri Astra di seluruh Indonesia.
"Rasanya ke Pulau Pramuka ini bagi Astra seperti pulang kampung, karena kami sudah ada program lebih dari 10 tahun di sini, Kampung Berseri Astra dan terus bergulir program-programnya. Kampung Berseri Astra ini adalah salah satu dari komitmen Astra untuk membantu Indonesia lebih baik," kata Lonna.