Profil Bos The Fed yang Didesak Trump untuk Potong Suku Bunga

5 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyentil Ketua Dewan Gubernur Bank Sentral AS atau The Federal Reserve System (The Fed) Jerome Powell. Peringatan tersebut muncul lantaran Powell tidak segera menurunkan suku bunga sebagaimana keinginan Trump.

“Banyak pihak yang menyerukan ‘pemotongan preemptif’ suku bunga – Powell selalu terlambat, kecuali ketika tiba saatnya Pemilu. Dia menurunkan suku bunga untuk membantu Joe Biden yang ‘mengantuk’, yang kemudian menjadi Kamala Harris,” tulis Trump dalam unggahan di akun Truth Social pada Kamis, 17 April 2025. Lantas, seperti apa sosok Jerome Powell? 

Profil Jerome Powell

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melansir Britannica, Jerome Powell lahir di Washington DC, AS pada 4 Februari 1953. Dia dinominasikan sebagai petinggi The Fed oleh Trump pada 2017 dan dikonfirmasi oleh Senat setahun berikutnya. 

Powell kecil tumbuh di Chevy Chase, Maryland. Ayahnya adalah seorang pengacara yang mewakili perusahaan baja dalam pembicaraan serikat pekerja, sedangkan ibunya berprofesi sebagai matematikawan dan ahli statistik yang bekerja paruh waktu untuk Republican National Committee. 

Powell bersekolah di Georgetown Preparatory School, sebuah sekolah elit tempat Hakim Mahkamah Agung Neil Gorsuch dan Brett Kavanaugh juga belajar. Dia menerima gelar sarjana politik dari Princeton University pada 1975 dan sarjana hukum dari Georgetown University. 

Dia mengawasi intervensi ekstensif The Fed dalam ekonomi AS selama krisis pandemi Covid-19 pada 2020, ketika bank sentral AS itu mencetak US$ 2,9 triliun dalam waktu kurang dari tiga bulan, berutang senilai US$ 543 miliar dalam seminggu, dan mengurangi suku bunga hingga hampir nol. 

Dia dijuluki sebagai “Pria Paling Disukai Washington” dan “Juara Main Street yang Populer” oleh New York Times. Tak hanya itu, dia mendapatkan sebutan sebagai “Kepala Negara Wall Street” dari Bloomberg

Powell disebut-sebut sebagai Ketua Dewan Gubernur The Fed paling kaya sejak 1940-an, dengan harta bersih antara US$ 19,7 juta dan US$ 55 juta atau sekitar Rp 315 miliar hingga Rp 880 miliar (asumsi kurs Rp 16.000 per dolar AS). Tak lama setelah menjabat, dia langsung dikritik Trump lantaran menaikkan suku bunga pertamanya sebesar 0,25 poin. 

Kebijakan Jerome Powell

Pada saat pandemi Covid-19, Powell memangkas suku bunga, memperkenalkan program pinjaman darurat, dan membeli surat utang korporasi. Bagi beberapa pengamat, langkah-langkah Powell tersebut dianggap berhasil menyatukan The Fed dengan Departemen Keuangan melalui cara yang paling signifikan sejak 1950-an. 

Ketika Powell diangkat kembali pada awal 2022, inflasi sedang melonjak. Para senator Partai Demokrat menuduh Powell tidak berkomitmen untuk memajukan keadilan sosial dan ekonomi. Kendati begitu, dia tetap dicalonkan kembali oleh Biden dan dikonfirmasi oleh Senat, serta masa jabatannya akan berakhir pada 15 Mei 2026. 

Selama periode 2022-2023, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 10 kali dalam kurun waktu 15 bulan dengan harapan dapat menekan pengeluaran dan memperlambat inflasi. Setahun kemudian, dengan harga-harga yang naik lebih dari 2 persen per tahun, Powell menyatakan bersikap hati-hati dalam menekan laju inflasi. 

Anastasya Lavenia Y berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 
Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |