Hamilton, Kanada (ANTARA) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (29/1) melaporkan bahwa situasi di Republik Demokratik Kongo masih tegang, tetapi juga lebih tenang di tengah pertempuran antara pemberontak M23 dan pasukan pemerintah untuk menguasai Goma.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers menyatakan bahwa masih terdapat laporan mengenai "baku tembak sporadis yang berlanjut, tetapi secara keseluruhan terjadi penurunan intensitas pertempuran" di Goma.
Dujarric menegaskan bahwa prioritas Misi Stabilisasi PBB di Kongo (MONUSCO) adalah melindungi personel mereka, aset-aset PBB, serta para warga sipil yang berlindung di dalam kompleks PBB.
"Pasukan penjaga perdamaian kami hari ini juga berencana melakukan patroli di Goma untuk menilai situasi, mengirim logistik, dan mengevaluasi jalur transportasi menuju ibu kota, Kinshasa," tambahnya.
Dujarric juga mencatat bahwa situasi di Goma relatif tenang meskipun ada seruan untuk aksi protes.
"Jalan-jalan utama dilaporkan kosong dan supermarket ditutup karena tingginya risiko penjarahan," katanya, merujuk pada aksi demonstrasi di kedutaan Prancis dan AS, serta beberapa kedutaan Afrika, termasuk Kenya, Uganda, dan Rwanda.
Para demonstran menuduh kedutaan-kedutaan tersebut sebagai sekutu Rwanda, yang mereka salahkan atas dukungannya terhadap pemberontak M23.
Dujarric juga menyampaikan penghormatan kepada pasukan penjaga perdamaian PBB yang gugur dalam konflik tersebut serta menyampaikan belasungkawa kepada keluarga mereka.
"Total penjaga perdamaian PBB yang terluka sejak serangan terbaru oleh M23 kini mencapai 22 orang," ungkapnya, menekankan bahwa "serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB tidak hanya tidak dapat diterima, tetapi juga dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang."
Sementara itu, Dujarric melaporkan bahwa kekerasan dan penjarahan terhadap gudang bantuan kemanusiaan masih berlangsung di Goma, yang menghambat upaya pekerja bantuan dalam menanggapi krisis serta meningkatkan risiko terhadap keselamatan mereka.
"Sayangnya, bandara di Goma tetap ditutup, yang berarti aliran kargo bantuan kemanusiaan dan rotasi personel bantuan masih tertunda," katanya, seraya menambahkan bahwa sebagian besar jalur darat ke berbagai wilayah di negara itu juga ditutup.
Pada Senin, pemberontak M23 yang diduga mendapat dukungan dari Rwanda mengeklaim telah menguasai bagian timur Goma, sementara pemerintah Kinshasa menuduh bahwa pasukan Rwanda hadir di wilayah tersebut.
Sedikitnya 25 orang tewas di Goma dan sembilan lainnya di Rwanda, sementara ratusan orang terluka dalam bentrokan antara tentara Kongo dan pemberontak.
Warga setempat mengatakan bahwa baik pasukan pemerintah maupun pemberontak menguasai beberapa bagian kota yang berpenduduk tiga juta jiwa tersebut, termasuk kamp pengungsi internal.
Pemberontak M23 telah meningkatkan serangan mereka terhadap tentara Kongo di Goma, menargetkan kota tersebut karena kepentingan strategis dan ekonominya. Goma merupakan gerbang menuju beberapa daerah dengan sumber daya mineral terkaya di dunia.
Wilayah timur Kongo memiliki cadangan sumber daya berharga yang melimpah, termasuk coltan, emas, dan timah, yang sangat penting bagi industri global seperti elektronik.
Para analis meyakini bahwa pemberontak M23 ingin menguasai sumber daya tersebut untuk mendanai operasi mereka serta meningkatkan posisi tawar dalam negosiasi dengan pemerintah.
Kelompok pemberontak itu juga mengeklaim bahwa perjuangan mereka didorong oleh keluhan mengenai dugaan diskriminasi terhadap komunitas Tutsi di wilayah tersebut.
Mereka menuduh pemerintah Kongo gagal menangani masalah ini, terutama terkait keselamatan mereka dan integrasi ke dalam militer nasional.
Namun, pemerintah Kongo menuduh M23 bertanggung jawab atas destabilisasi wilayah tersebut dengan dukungan eksternal, terutama dari negara tetangga, Rwanda.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Penerbangan ditangguhkan akibat adanya kerusuhan di ibu kota Kongo
Baca juga: UNICEF serukan bantuan untuk Kongo di tengah krisis Goma
Baca juga: Afrika Selatan akan tarik pulang pasukan penjaga perdamaian dari Kongo
Penerjemah: Primayanti
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025