Kesadaran Masyarakat Soal Penyakit Katup Jantung Masih Rendah

4 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit katup jantung, termasuk regurgitasi mitral, hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama gagal jantung di dunia. Regurgitasi mitral adalah kelainan yang ditandai dengan ketidakmampuan katup mitral jantung untuk menutup dengan sempurna. Kondisi ini mengakibatkan darah mengalir kembali dari ventrikel kiri ke atrium kiri sehingga terjadi kebocoran pada jantung. Pada kasus ini, darah yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh malah kembali ke jantung.

Seperti pintu air yang bocor, seharusnya air mengalir satu arah, namun justru kembali ke belakang. Kondisi ini membuat jantung bekerja lebih keras, memicu gejala seperti sesak napas, mudah lelah, hingga pembengkakan di kaki. Jika dibiarkan, ini bisa berujung pada gagal jantung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Data global menunjukkan bahwa lebih dari 24 juta orang mengalami gangguan katup mitral. Salah satunya bahkan tokoh terkenal seperti BJ Habibie yang mengalami regurgitasi mitral atau kebocoran katup mitral. Banyak di antaranya baru terdiagnosis ketika sudah dalam kondisi berat. Di Indonesia, kesadaran akan penyakit ini masih rendah, sehingga banyak pasien datang dalam keadaan severe, dengan risiko komplikasi yang tinggi.

Dokter spesialis intervensi kardiologi Heartology Dafsah Arifa Juzar mengatakan sebagian besar pasien dengan kondisi regurgitasi mitral yang datang ke dokter sudah berada dalam kondisi berat. Akibatnya, operasi terbuka memiliki risiko tinggi bagi mereka. Ia mencontohkan salah seorang pria berusia 66 tahun dengan kebocoran katup mitral kategori berat. "Karena usianya yang lanjut dan risiko tinggi, operasi jantung terbuka bukanlah pilihan yang aman," kata Dafsah pada keterangan pers yang diterima Tempo pada 22 April 2025.

Ia pun mengambil tindakan dengan prosedur MitraClip. Teknologi medis ini memungkinkan perbaikan katup mitral tanpa harus menjalani operasi terbuka. Prosedur MitraClip menjadi pilihan jadi utama bagi pasien dengan risiko tinggi yang tidak memungkinkan untuk operasi bedah jantung konvensional. "Tanpa perlu membuka dada, tanpa harus menghentikan jantung, dan dengan pemulihan yang jauh lebih cepat," katanya.

Dengan metode ini, kateter kecil dimasukkan melalui pembuluh darah di pangkal paha menuju jantung. Alat klip khusus kemudian ditempatkan di katup mitral untuk memastikan darah kembali mengalir dengan normal. Berdasarkan studi EXPAND G4, MitraClip dinilai efektif dengan tingkat keberhasilan 93 persen dalam mengurangi kebocoran katup hingga level minimal dalam satu tahun.

Dafsah mengklaim prosedur operasi ini minim invasif dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi. "Tim dokter Heartology berhasil memperbaiki katup jantungnya hanya dalam waktu 3-4 jam. Pasien tersebut bisa pulih dengan cepat dan kembali beraktivitas normal," kata Dafsah. Ia menilai bahwa prosedur MitraClip bisa menjadi solusi bagi pasien-pasien ini. "Prosedurnya minim invasif dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi," ujar Dafsah.
 
Dafsah juga mengklaim, dampak MitraClip bagi pasien adalah pemulihan lebih cepat. Pasien bisa kembali beraktivitas dalam hitungan hari. Teknologi ini pun memiliki efektivitas tinggi. Prosedur MitraClip ini juga tersedia di Heartology Cardiovascular Hospital. Dengan dukungan tim dokter spesialis dan teknologi imaging yang lengkap, Heartology telah menangani sejumlah kasus regurgitasi mitral dengan pendekatan minimal invasif ini secara efektif.

Echocardiologist di Heartology Ario S. Kuncoro menambahkan, peran echocardiologist dalam prosedur MitraClip juga sangat penting. "Kami memastikan bahwa pasien yang menjalani prosedur ini mendapatkan evaluasi menyeluruh melalui pencitraan ekokardiografi sebelum, selama, dan setelah tindakan. Dengan bantuan imaging canggih seperti transesophageal echocardiography (TEE), kami memastikan bahwa klip ditempatkan secara optimal, sehingga pasien mendapatkan manfaat maksimal dari tindakan ini.”

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |