Kenapa Tawuran Remaja Masih Terus Terjadi?

15 hours ago 3

Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Aksi tawuran antarremaja di Indonesia kian marak terjadi belakangan. Salah satunya, tawuran pecah di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (4/5) sekitar pukul 19.30 WIB lalu.

Peristiwa ini menyebabkan satu warga mengalami luka bacok.

Tawuran warga Manggarai terekam dalam sebuah rekaman video dan beredar di media sosial (medsos).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam video itu,  tawuran terjadi di tengah jalan sehingga menghambat arus lalu lintas. Terlihat pula kedua kelompok saling melempar batu dan membawa senjata tajam mematikan.

Bukan sekali itu saja aksi tawuran dipertontonkan di media sosial. Media sosial pun kerap dijadikan ajang saling tantang untuk 'bertarung' antara dua kelompok remaja.

Salah satunya yang terjadi di Kabupaten Serang, Banten, yang dirilis polisi awal Mei ini. Tawuran antarpelajar SMP itu berawal dari saling tantang via media sosial Instagram.

Mengutip dari Antara, Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko pada Kamis (1/5) lalu menyatakan pihaknya menangkap 11 pelajar terlibat aksi tawuran di Kampung Pagintungan, Kecamatan Jawilan tersebut. 

"Kami juga memanggil orang tua dari para pelajar yang terlibat tawuran, agar dapat mengetahui perbuatan anaknya," katanya.

Aktualisasi Diri

Kriminolog Universitas Indonesia, Ardi Putra Prasetyo menyatakan tawuran marak karena anak muda kurang wadah mengaktualisasikan diri.

"Kenapa mereka tawuran? Karena tidak ada lokus untuk aktualisasi diri," kata Ardi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (6/5).

Ardi menyatakan hal itu bisa terjadi karena sistem sosial yang tidak bekerja dengan baik.

Ia mencontohkan misalnya, anak nakal yang kerap merundung temannya. Ardi menyebut anak itu bisa saja merupakan korban sistem sosial di keluarga, lingkungan, dan/atau sekolahnya.

Ardi pun menyatakan, hal itulah yang kemudian menyebabkan adanya fenomena kenakalan remaja.

Ia menyebut ketika anak-anak kehilangan tempat untuk mengaktualisasikan diri, mereka berpotensi menyalurkannya ke hal-hal yang negatif.

"Ketika anak kehilangan tempat untuk aktualisasi mereka akan caper," ujarnya.

Ardi lantas menyatakan untuk menekan angka kenakalan remaja, maka sosial kontrol haruslah sangat diperhatikan.

Selain itu, anak muda juga harus dibuat 'sibuk', mengisi waktu mereka dengan kegiatan yang positif.

Ia pun menekankan bahwa dalam membentuk itu, institusi pendidikan memiliki peran yang sangat penting.

"Anak diberikan tempat aktualisasi dan dibimbing secara baik," ucap dia.

Peran Penting Pemerintah

Terpisah, pengamat pendidikan Totok Amin Soefijanto menekankan pentingnya pendidikan karakter bagi siswa untuk mengatasi persoalan.

Namun, ia menyatakan bahwa pendidikan karakter baru satu sisi saja. Ia mencontohkan mengapa para murid bisa meraih nilai yang tinggi di mata pelajaran. Namun, dalam kesehariannya mereka tak berperilaku baik.

"Kenapa demikian? Karena pemerintah sering menganggap pendidikan karakter adalah soal mata pelajaran, bukan pendidikan nilai-nilai. Kalau pendidikan nilai harus banyak jalur yang berjalan bersamaan, yaitu kognitifnya dengan pengetahuan," kata Totok.

Rektor IMDE (Institut Media Digital Emtek) itu juga menekankan pentingnya lingkungan sekitar anak-anak. Menurutnya, hal itu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang seorang anak.

Ia menyatakan bahwa mulai dari orang tua hingga sekolah harus menjadi teladan bagi anak muda.

"Sudahkah kita menciptakan ekosistem yang bagus untuk menanamkan karakter yang baik? Silakan introspeksi diri," ucap dia.

Tindakan tegas

Kemudian, Totok juga menekankan peran institusi pendidikan dalam hal ini sekolah yang harus tegas dalam menindak segala penyimpangan.

"Penerapan ekosistem sekolah yang tidak mentolerir penyimpangan, pungli, korupsi, kekerasan, perundungan, tawuran, dan sejenisnya," ucapnya.

Ia pun menekankan bahwa pemerintah juga harus mengambil peran dalam menangani persoalan kenakalan remaja.

Totok menyebut pemerintah pun terdiri dari berbagai stakeholder yang menaungi soal kenakalan remaja dan pendidikan.

"Mulai dari Kemendikdasmen, Pemda-Pemda, Polri, dan KPAI. Kebijakan menekan angka kriminalitas yang terbaik dengan pencegahan. Siapkan berbagai pembinaan dan kampanye antikekerasan dalam bentuk yang bisa menjangkau anak didik," ucap dia.

"Secara paralel jalankan tindakan yang tegas dan serius terhadap tindak kekerasan. terapkan zero tolerance ke tindakan-tindakan seperti itu," imbuhnya.

Meski begitu, Totok menyatakan bahwa pemerintah tak bisa bekerja sendirian. Mereka harus berkolaborasi dengan para penggerak, komunitas, dan pakar di bidang kenakalan remaja atau anak.

(mnf/kid)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |