KemenEkraf temui Tim Pokja bahas langkah penguatan sektor ekraf 

5 hours ago 1

Jakarta (ANTARA) -

Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya melakukan pertemuan dengan para Praktisi Ekonomi Kreatif untuk memperkuat ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa kolaborasi antarsubsektor ekonomi kreatif dengan kementerian lain, seperti Kementerian Kebudayaan, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Komunikasi dan Digital sangat penting untuk mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional (new engine of growth).

"Kami terbuka untuk bersama-sama mendefinisikan subsektor mana yang lebih berfokus pada ekonomi kreatif, perindustrian, atau kebudayaan. Dengan demikian, kita dapat menyinergikan langkah untuk mengurai kebingungan yang selama ini dirasakan oleh komunitas. Karena tentu saja kita ingin ekonomi kreatif menjadi kekuatan baru ekonomi Indonesia," ujar MenEkraf Riefky melalui keterangan pers yang diterima, Jumat.

Baca juga: Menekraf ajak semua pihak dukung ekraf jadi mesin baru prekonomian

Dalam pertemuan ini MenEkraf Teuku Riefky didampingi WamenEkraf Irene Umar menyampaikan bahwa pemerintah membutuhkan masukan dari para pemangku kepentingan, khususnya pelaku ekonomi kreatif.

Praktisi Ekonomi Kreatif ini menghimpun lebih dari 200 pegiat dari berbagai subsektor ekonomi kreatif. Tim ini bertujuan mendorong narasi pentingnya ekonomi sirkular yang melibatkan budaya dan ekonomi kreatif secara langsung dan berkesinambungan.

Pendiri Museum Boga Indonesia sekaligus pendiri Indonesia Dessert Week, Gupta Sitorus, yang mewakili subsektor kuliner mengatakan sinergi antara pemerintah dan seluruh subsektor ekonomi kreatif dinilai sangat penting untuk mengoptimalkan potensi industri ini. Sinergi yang baik dapat mengurangi distorsi dan deviasi antara kegiatan para pelaku ekonomi kreatif dan arah kebijakan pemerintah.

Baca juga: WamenEkraf: Hadirnya teknologi AI bawa peluang pekerjaan baru

"Kondisi saat ini bisa dikatakan belum ideal. Ada distorsi dan deviasi antara apa yang dilakukan kawan-kawan pelaku ekonomi kreatif dan kebijakan yang dirumuskan pemerintah. Sekarang, yang ingin kami diskusikan adalah bagaimana menyinergikan kedua hal tersebut," ujar Gupta.

Dalam kesempatan tersebut, pelaku ekonomi kreatif juga menyampaikan pandangan dan masukan mengenai hambatan atau kendala yang dihadapi, mulai dari hulu hingga hilir.

Beberapa isu yang dibahas meliputi klasterisasi subsektor ekonomi kreatif di luar 17 subsektor yang telah ada serta penyusunan rencana strategis yang lebih komprehensif. Selain itu, dibahas pula usulan penggunaan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebagai alternatif indikator penilaian performa, selain kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan nilai tambah.

Baca juga: AKFID tangkap peluang pekerja kreatif wujudkan Indonesia Emas 2045

"Poin-poin pengukuran lain, seperti CAGR, dapat digunakan untuk menilai kemajuan ekonomi kreatif suatu negara. Selain laju PDB, penting juga untuk melihat kontribusi subsektor terhadap bidang lainnya, seperti desain," kata Ritchie Ned Hansel, Ketua Asosiasi Desain Grafis Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, WamenEkraf Irene yang berlatar belakang seorang pengusaha, menyampaikan pemahaman terhadap tantangan yang dihadapi pelaku ekonomi kreatif. Ia menegaskan, masukan yang diterima akan menjadi catatan penting untuk tindak lanjut ke depan.

Baca juga: MFW angkat potensi ekonomi kreatif Malang Raya

"Dengan latar belakang dari sektor swasta, saya memahami perjuangan ini. Kami telah berdiskusi dengan Bappenas untuk mendata isu-isu yang ada. Hal ini diperlukan agar kita dapat bekerja sama dalam menempatkan ekonomi kreatif sebagai mesin pertumbuhan baru yang membawa kita menuju Indonesia Emas," ujar Irene.

Sementara itu, Ketua Komite Ekraf Jakarta Diaz Hensuk yang hadir dalam pertemuan tersebut optimistis Kemenekraf saat ini bisa menjadi fasilitator yang sangat baik bagi para pelaku Ekraf.

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |