TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Fahri Hamzah mengklaim Jepang ingin terlibat dan membantu pembangunan rumah di Indonesia. Ketertarikan ini disampaikan Jepang setelah Fahri memaparkan program perumahan di Paris, Prancis, pada 14 April 2025.
Saat itu, Fahri berbicara di depan puluhan wali kota dari seluruh dunia yang tengah berkumpul membahas masa depan pembangunan kota. Dalam kesempatan tersebut, Fahri menyatakan bahwa Indonesia terbuka untuk negara-negara yang mau membantu dari sisi teknologi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jepang sangat ingin terlibat, tapi dengan standar green,” kata Fahri saat ditemui wartawan di acara Halalbihalal Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Indonesia (Apersi) di Jakarta Pusat pada Senin, 21 April 2025. “Dan kita sudah punya skemanya, bantuan untuk pembangunan perumahan green di Indonesia.”
Adapun lawatan Fahri ke Paris saat itu merupakan bagian dari proses Indonesia menjadi anggota Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). Karena itu, ia diminta menjelaskan program ekonomi pemerintah—khususnya program perumahan.
Menurut Fahri, OECD memberi perhatian pada pembangunan rumah ramah lingkungan karena ini merupakan standar dari negara maju. Rumah ramah lingkungan itu artinya tidak boleh menciptakan polusi dan tidak boleh boros karbon. “Harus green, dengan teknologi yang baik,” kata dia.
Meskipun sudah ada negara yang tertarik membantu pembangunan rumah di Indonesia, belum ada komitmen investasi yang diproyeksikan. Sebab, Fahri mengatakan, forum di OECD lebih ditujukan untuk membedah pikiran atau gagasan lebih dulu. “Setelah itu baru mereka akan sosialisasikan ke negara-negara anggota mereka, mana yang berminat,” kata Fahri.
Namun, Fahri tetap optimistis dukungan yang sudah disampaikan negarra lain usai dia mempresentasikan program pemerintah bisa mempercepat Indonesia menjadi anggota OECD. Sebab, menurut dia, menjadi anggota OECD akan menjadi pintu gerbang bagi Indonesia menjadi negara maju.