Jakarta (ANTARA) - Gerakan Non-Blok (GNB) merupakan aliansi internasional yang dibentuk oleh negara-negara yang memilih untuk tidak berpihak kepada blok kekuatan besar mana pun dalam dinamika geopolitik global, khususnya selama era Perang Dingin. Didirikan secara resmi melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama pada 1–6 September 1961 di Belgrade, Yugoslavia, GNB kini beranggotakan 120 negara yang tersebar di berbagai benua.
Indonesia menjadi salah satu negara pendiri GNB dan memainkan peran penting dalam kelahirannya. Konsep gerakan ini berakar pada semangat Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 di Bandung, yang menghasilkan Dasasila Bandung sebagai fondasi prinsip non-blok. Tokoh-tokoh utama seperti Presiden Soekarno (Indonesia), Jawaharlal Nehru (India), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Josip Broz Tito (Yugoslavia), dan Kwame Nkrumah (Ghana) menjadi motor penggerak utama terbentuknya GNB.
Gerakan Non-Blok bertujuan mempromosikan perdamaian dunia, kemerdekaan, kedaulatan, dan pembangunan yang adil bagi negara-negara berkembang. Di era modern, GNB juga turut berperan aktif dalam isu-isu global seperti perlucutan senjata, dekolonisasi, hak asasi manusia, pengentasan kemiskinan, dan keberlanjutan lingkungan.
Baca juga: Kadin: Posisi non-blok RI ideal di tengah perang dagang AS-China
Negara anggota
Sebagian besar negara anggota GNB berasal dari Asia, Afrika, Amerika Latin, dan sebagian kawasan Timur Tengah. Hingga kini, GNB mencakup lebih dari 4,7 miliar penduduk dunia, atau sekitar 58,77 persen dari total populasi global.
Berikut adalah daftar lengkap negara-negara anggota Gerakan Non-Blok:
- Afghanistan
- Algeria
- Angola
- Antigua and Barbuda
- Azerbaijan
- Bahamas
- Bahrain
- Bangladesh
- Barbados
- Belarus
- Belize
- Benin
- Bhutan
- Bolivia
- Botswana
- Brunei
- Burkina Faso
- Burundi
- Cambodia
- Cameroon
- Cape Verde
- Central Africa
- Chad
- Chile
- Colombia
- Comoros
- Congo (Democratic Republic)
- Congo
- Cuba
- Djibouti
- Dominica
- Dominican Republic
- East Timor
- Ecuador
- Egypt
- Equatorial Guinea
- Eritrea
- Eswatini
- Ethiopia
- Fiji
- Gabon
- Gambia
- Ghana
- Grenada
- Guatemala
- Guinea
- Guinea-Bissau
- Guyana
- Haiti
- Honduras
- India
- Indonesia
- Iran
- Iraq
- Ivory Coast
- Jamaica
- Jordan
- Kenya
- Kuwait
- Laos
- Lebanon
- Lesotho
- Liberia
- Libya
- Madagascar
- Malawi
- Malaysia
- Maldives
- Mali
- Mauritania
- Mauritius
- Mongolia
- Morocco
- Mozambique
- Myanmar
- Namibia
- Nepal
- Nicaragua
- Niger
- Nigeria
- North Korea
- Oman
- Pakistan
- Palestine
- Panama
- Papua New Guinea
- Peru
- Philippines
- Qatar
- Rwanda
- Saint Kitts and Nevis
- Saint Lucia
- Saint Vincent and the Grenadines
- Sao Tome and Principe
- Saudi Arabia
- Senegal
- Seychelles
- Sierra Leone
- Singapore
- Somalia
- South Africa
- Sri Lanka
- Sudan
- Suriname
- Syria
- Tanzania
- Thailand
- Togo
- Trinidad and Tobago
- Tunisia
- Turkmenistan
- Uganda
- United Arab Emirates
- Uzbekistan
- Vanuatu
- Venezuela
- Vietnam
- Yemen
- Zambia
- Zimbabwe
Baca juga: Gerakan Non-Blok: Tujuan, sejarah, dan peran Indonesia sebagai pendiri
Selain negara-negara tersebut, terdapat juga negara-negara Eropa seperti Austria, Finlandia, Swedia, dan Swiss yang secara historis mempertahankan posisi netral selama Perang Dingin, meskipun tidak secara resmi menjadi anggota GNB.
Tokoh-tokoh utama seperti Presiden Soekarno, Jawaharlal Nehru, Gamal Abdel Nasser, Josip Broz Tito, dan Kwame Nkrumah menjadi figur sentral dalam mewujudkan ide tentang dunia yang lebih netral dan damai ini.
Dengan keanggotaan yang luas dan keragaman geografis serta politik yang tinggi, Gerakan Non-Blok masih memiliki peran strategis dalam tatanan global. GNB terus menjadi wadah penting bagi negara-negara berkembang dalam memperjuangkan kedaulatan, keadilan, dan tatanan internasional yang lebih seimbang.
Baca juga: Zulhas: Prabowo ke Rusia tunjukkan Indonesia nonblok dan berdaulat
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.