China tetap cek produk akuatik Jepang meski mulai buka keran impor

2 months ago 38

Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menyebut akan tetap mengecek keamanan produk akuatik asal Jepang meski mulai membuka impor pasca pembuangan air limbah olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi ke laut.

"Pihak berwenang yang kompeten akan terus meningkatkan regulasi dan memastikan keamanan pangan masyarakat. Begitu suatu risiko dalam bentuk apa pun teridentifikasi, pembatasan impor yang diperlukan akan segera diambil sesuai dengan hukum," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (30/6).

Administrasi Umum Bea Cukai China pada Minggu (29/6) mengeluarkan pemberitahuan bahwa pengiriman produk akuatik yang berasal dari "wilayah tertentu" di Jepang akan dilanjutkan dengan segera meski "dengan syarat".

China menangguhkan impor produk akuatik Jepang sejak Juli 2023, sebelum Jepang mulai membuang air limbah yang diolah dari PLTN Fukushima yang rusak.

"Otoritas yang berwenang memang merilis pengumuman kemarin untuk melanjutkan impor produk akuatik secara bersyarat dari beberapa wilayah Jepang yang memenuhi persyaratan dan standar regulasi China," tambah Mao Ning.

Keputusan tersebut didasarkan pada pemantauan internasional seara jangka panjang dan pengambilan sampel independen pemerintah China terhadap air buangan terkontaminasi nuklir PLTN Fukushima. Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan kelainan di air dan Jepang berkomitmen untuk memastikan kualitas dan keamanan produk akuatik yang diekspor ke China.

"Jepang berjanji untuk memastikan penerapan berkelanjutan dari kegiatan pemantauan sehingga China mengadakan beberapa putaran konsultasi dengan Jepang tentang dimulainya kembali ekspor produk akuatik Jepang ke China," ungkap Mao Ning.

Jepang, ungkap Mao Ning, berjanji untuk mengambil serangkaian langkah yang kredibel dan nyata untuk menjamin kualitas dan keamanan produk akuatiknya ke China dan memperkuat regulasi.

"Sikap China terhadap pembuangan air limbah itu tidak berubah. Kami akan terus bekerja sama dengan komunitas internasional untuk mendesak Jepang dapat mengambil tindakan secara efektif dalam jangka panjang untuk mengendalikan risiko yang muncul akibat pembuangan tersebut," tambah Mao Ning.

Namun kebijakan ekspor produk akuatik dari Jepang itu tidak berlaku untuk 10 prefektur Jepang yaitu Fukushima, Gunma, Tochigi, Ibaraki, Miyagi, Niigata, Nagano, Saitama, Tokyo, dan Chiba.

Bea cukai China juga mengatakan bahwa mereka akan terus mengatur impor makanan laut Jepang secara ketat.

"Jika ada produk yang ditemukan tidak mematuhi hukum, peraturan, dan standar keamanan pangan China yang relevan, atau jika pihak Jepang gagal memenuhi tanggung jawab pengawasan resminya secara efektif, tindakan pengendalian tepat waktu akan diambil untuk secara efektif melindungi kesehatan dan keselamatan rakyat China," demikian disebutkan dalam pengumuman itu.

China dulunya merupakan pasar luar negeri terbesar untuk makanan laut Jepang, yang mencakup lebih dari seperlima dari ekspor makanan lautnya, diikuti oleh Hong Kong.

Beijing dan Tokyo diketahui telah mengadakan tiga putaran pembicaraan sejak Maret 2025 mengenai masalah impor produk akuatik tersebut sebelum mencapai kesepakatan mengenai "persyaratan teknis" yang diperlukan agar ekspor makanan laut Jepang ke China dapat dimulai kembali, kata Kementerian Luar Negeri Jepang.

PLTN Fukushima rusak parah karena gempa bumi dan tsunami pada 2011. Air limbah dari PLTN kemudian diolah dan diencerkan dengan air laut untuk mengurangi komponen radiaktif sebanyak mungkin sebelum mulai dibuang ke laut pada Agustus 2023.

Masyarakat baik di dalam maupun di luar Jepang memprotes pembuangan air limbah tersebut. Kelompok nelayan Jepang mengatakan bahwa mereka khawatir hal itu akan semakin merusak reputasi makanan laut mereka. Kelompok-kelompok di China dan Korea Selatan juga menyampaikan kekhawatirannya.

Namun setelah lembaga penelitian China menyelesaikan uji analisis dari sampel yang diambil secara mandiri pada Februari 25 di di perairan sekitar PLTN Fukushima Daiichi dinyatakan tidak ada konsentrasi radionuklida termasuk tritium, cesium-134, cesium-137, dan strontium-90 dalam sampel tersebut.

Baca juga: China tidak temukan kelainan dari contoh air limbah olahan Fukushima

Baca juga: Ganti rugi krisis nuklir Fukushima 2011 dibatalkan pengadilan Tokyo

Baca juga: Otoritas China selidiki kasus kematian dua warga Jepang di Dalian

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |