China akan buka keran impor produk akuatik dari Jepang

2 days ago 7

Beijing (ANTARA) - Pemerintah China sedang dalam proses untuk membuka kembali keran impor produk akuatik dari Jepang setelah hampir dua tahun melarang aktivitas tersebut karena pembuatan air limbah olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi.

"Sesuai dengan hukum domestik yang relevan dan aturan perdagangan internasional, otoritas yang berwenang akan mempelajari permintaan Jepang untuk melanjutkan impor produk akuatik Jepang berdasarkan prinsip-prinsip sains dan keamanan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Jumat (30/5).

Pada Rabu (28/5), Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok mengadakan pertemuan lanjutan dengan institusi terkait Jepang di Beijing untuk membicarakan aturan teknis mengenai keamanan produk akuatik Jepang dan mencapai kemajuan substansial.

"Berdasarkan pemantauan internasional terhadap air laut buangan PLTN Fukushima, ditemukan tidak ada kelainan dalam hasil pengambilan sampel dan pengujian independen oleh China sehingga China dan Jepang melanjutkan konsultasi mengenai keamanan produk akuatik dari Jepang," tambah Lin Jian.

Jepang, kata Lin Jian, berjanji untuk mengambil langkah-langkah yang kredibel dan nyata untuk menjamin kualitas dan keamanan produk akuatiknya dan memastikan bahwa produk tersebut memenuhi persyaratan peraturan dan standar keamanan pangan China.

Sebelumnya Menteri Pertanian Jepang Shinjiro Koizumi mengatakan kesepakatan itu dicapai setelah para pejabat bertemu di Beijing dan impor akan dilanjutkan setelah dokumen yang diperlukan selesai.

Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya juga menyambut baik langkah tersebut, dengan mengatakan hal itu menjadi langkah awal yang akan membantu Jepang dan China untuk mengatasi sejumlah masalah yang tersisa antara kedua negara.

Namun, para pejabat mengatakan China masih melarang produk pertanian dan perikanan dari 10 prefektur Jepang, termasuk Fukushima Miyagi, dan Tokyo.

Administrasi Umum Bea Cukai China mengatakan China dan Jepang pada Rabu (28/5) telah mengadakan "putaran baru pertukaran teknis mengenai masalah keselamatan produk akuatik Jepang ... dan mencapai kemajuan substansial," tetapi tidak menyebutkan kesepakatan.

China memblokir impor produk akuatik dari Jepang karena mengatakan pelepasan air limbah yang sudah diolah dan diencerkan itu masih mengandung sedikit radioaktif akan membahayakan industri perikanan dan masyarakat pesisir di China timur.

Tapi pejabat Jepang mengatakan air limbah olahan tersebut lebih aman dibanding standar internasional. Air limbah juga harus dilepaskan untuk memberi ruang bagi penghentian operasional pabrik nuklir dan untuk mencegah kebocoran yang tidak disengaja.

Beijing dan Tokyo telah mengadakan tiga putaran pembicaraan sejak Maret 2025 mengenai masalah impor produk akuatik tersebut sebelum mencapai kesepakatan mengenai "persyaratan teknis" yang diperlukan agar ekspor makanan laut Jepang ke China dapat dimulai kembali, kata Kementerian Luar Negeri Jepang.

China dulunya merupakan pasar luar negeri terbesar untuk makanan laut Jepang, yang mencakup lebih dari seperlima dari ekspor makanan lautnya, diikuti oleh Hong Kong. Larangan impor produk akuatik dari Jepang sejak 24 Agustus 2023 tersebut menjadi pukulan bagi industri perikanan Jepang.

Tokyo Electric Power Company Holdings, yang mengoperasikan pembangkit listrik negara nuklir Fukushima Daiichi, telah mengatakan akan memberikan kompensasi yang sesuai kepada pemilik bisnis Jepang atas kerugian akibat larangan ekspor itu.

PLTN Fukushima rusak parah karena gempa bumi dan tsunami pada 2011. Air limbah dari PLTN kemudian diolah dan diencerkan dengan air laut untuk mengurangi komponen radiaktif sebanyak mungkin sebelum mulai dibuang ke laut pada Agustus 2023.

Masyarakat baik di dalam maupun di luar Jepang memprotes pembuangan air limbah tersebut. Kelompok nelayan Jepang mengatakan bahwa mereka khawatir hal itu akan semakin merusak reputasi makanan laut mereka. Kelompok-kelompok di China dan Korea Selatan juga menyampaikan kekhawatirannya.

Namun setelah lembaga penelitian China menyelesaikan uji analisis dari sampel yang diambil secara mandiri pada Februari 25 di di perairan sekitar PLTN Fukushima Daiichi dinyatakan tidak ada konsentrasi radionuklida termasuk tritium, cesium-134, cesium-137, dan strontium-90 dalam sampel tersebut.

Baca juga: Jepang: China setuju impor lagi makanan laut usai larangan Fukushima

Baca juga: Jepang tegaskan air olahan PLTN sesuai standar keamanan internasional

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |