Bank Indonesia Kurangi Outstanding SRBI untuk Genjot Likuiditas

3 days ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) tengah berupaya menurunkan outstanding Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRB) secara bertahap. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Erwin Gunawan Hutapea mengatakan pengurangan outstanding SRBI dilakukan untuk mendorong ekspansi likuiditas.

“Jadi ini menunjukkan bahwa Bank Indonesia mencoba merilis likuiditas yang ada untuk bisa digunakan oleh perbankan,” ucap Erwin kepada wartawan di Kantor Bank Indonesia, Rabu, 7 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun outstanding SRBI pada akhir 2024 adalah Rp 923,53 triliun. Sedangkan per 21 April 2025, SRBI berada di posisi Rp 881,86 triliun. Sehingga BI telah melepas likuiditas sekitar RP 41 triliun.

Erwin menjelaskan, SRBI merupakan instrumen yang memiliki dampak temporer terhadap likuiditas. Sebab, SRBI memiliki jangka waktu relatif pendek mulai dari enam bulan hingga satu tahun. Selain itu, kata dia, SRBI juga merupakan instrumen untuk menarik modal asing.

“Komposisi non-resident lumayan di SRBI lumayan, sekarang berada di sekitar 25 persen,” kata Erwin.

Sepanjang Januari sampai April 2025, Bank Indonesia mencatat ada Rp 61 triliun modal asing yang keluar dari Indonesia Jumlah itu berasal dari pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Meski secara akumulatif modal asing tercatat mengalami outflow, Erwin mengatakan pada Mei mulai terjadi inflow.

“Tapi dalam beberapa kali lelang terakhir, kalau kita lihat pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan SRBI inflow sudah mulai terjadi,” kata dia.

Menurut Erwin, dengan adanya capital inflow melalui lelang surat berharga menunjukkan bahwa kepercayaan investor sudah mulai kembali. Dia pun mengatakan Bank Indonesia akan terus melakukan upaya untuk menjaga instrumen dan stabilitas nilai tukar rupiah.

BI juga telah mengimplementasikan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) berupa pengurangan giro wajib minimum (GWM). Kebijakan ini diklaim telah berdampak terhadap likuiditas permanen bagi perbankan dan memperluas ruang penyaluran dana ke sektor riil melalui kredit.

“Menambah swap, kita upayakan. Kemudian, menyediakan repo, karena repo ini sangat tergantung kebutuhan pelaku pasar, mereka akses atau tidak. Kemudian, kita melakukan pembelian SBN baik itu di pasar sekunder maupun di pasar primer,” ujar Erwin seperti dikutip dari Antara.

Sejak awal tahun hingga 22 April 2025, BI telah membeli Surat Berharga Negara (SBN) dengan total sebesar Rp 80,98 triliun. Jumlah ini terdiri dari pembelian melalui pasar sekunder sebesar Rp 54,98 triliun serta melalui pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp 26 triliun.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |