Jakarta (ANTARA) - Perang saudara di Suriah kembali menggelora pada akhir November seiring adanya eskalasi serangan dari rezim oposisi.
Suriah telah terlibat dalam perang saudara yang kejam sejak awal 2011 yang dimulai dengan protes damai terhadap pemerintahan Bashar al-Assad dan berkembang menjadi perang yang melibatkan berbagai kelompok lokal dan internasional karena pasukan keamanan Suriah menanggapi protes dengan kekerasan.
Tercatat sejumlah kelompok oposisi terlibat dalam perang saudara, seperti Tentara Pembebasan Suriah (FSA), Kelompok YPG (Unit Perlindungan Rakyat) yang terafiliasis dengan PKK (Partai Pekerja Kurdistan), hingga ISIS.
Berikut sejumlah fakta mengenai peningkatan konflik antara pemerintah Suriah yang dikuasai rezim Assad dengan kelompok oposisi dalam merebut kota terbesar kedua di Suriag yang terletak di bagian utara, Aleppo.
Merebut 32 desa dan wilayah
Pada 28 November, pasukan oposisi Suriah mengklaim telah merebut 32 desa dan wilayah di pedesaan barat Aleppo, Suriah utara, setelah serangan besar-besaran terhadap pasukan rezim Suriah.
Puluhan desa yang berhasil direbut, termasuk desa Urm Al-Kubra, Anjara, Bashnatrah, Kafr Basma, Basratoun, Hawr, al-Qasimiyah, Ajil, Bala, al-Saloum, serta pangkalan militer rezim Suriah yang dikenal sebagai Pangkalan 46.
Wilayah yang baru direbut di pedesaan barat Aleppo seluas 245 kilometer persegi, sehingga pasukan oposisi berada sekitar 5 kilometer (3 mil) dari kota Aleppo.
Dalam perebutan daerah tersebut, kelompok bersenjata Hay'et Tahrir al-Sham dan pasukan sekutunya mengatakan mereka menyita peralatan militer berat dan kendaraan dari pasukan rezim dan menangkap puluhan tentara rezim.
Berhasil memperluas wilayah kekuasaan dalam 3 hari
Dimulai dari 27 November, kelompok anti-rezim bergerak cepat dari barat menuju pusat kota Aleppo setelah tiga hari bertempur dengan pasukan rezim, menerobos garis pertahanan di lingkungan luar Hamdaniyah, Aleppo Baru, dan Zahraa pada tengah hari.
Kelompok-kelompok tersebut juga merebut distrik Saraqib di persimpangan jalan raya M4 dan M5 di tenggara Idlib, setelah mengepungnya dari utara dan selatan.
Selama tiga hari bentrokan, kelompok bersenjata merebut 108 lokasi, termasuk 86 di pedesaan Aleppo dan 22 di Idlib. Kelompok anti-rezim telah menguasai sedikitnya 850 kilometer persegi di provinsi Aleppo dan Idlib.
Pasukan rezim Suriah mundur dari Bandara Internasional Aleppo
Pasukan rezim Assad Suriah terus mundur karena Bandara Internasional Aleppo bersama dengan beberapa lokasi strategis lainnya telah diserahkan kepada kelompok teroris PKK/YPG pada Sabtu, 30 November.
Setelah kelompok bersenjata anti-rezim memasuki pusat kota Aleppo, pasukan Assad menyerahkan Bandara Internasional Aleppo di bagian timur kota, kota-kota penting dan strategis seperti Nubl dan Zahraa di pedesaan utara, Zona Industri Aleppo serta wilayah Tal Hasil dan Tal Aran.
Sejak Sabtu pagi, kelompok bersenjata dilaporkan telah merebut lebih dari 50 desa di bagian timur dan tenggara Idlib yang sebelumnya berada di bawah kendali rezim Assad.
Tentara Suriah luncurkan operasi lawan teroris
Saat pasukan oposisi memulai operasi mereka menuju Aleppo, pasukan rezim Suriah kehilangan kendali terhadap sejumlah wilayah penting dalam waktu singkat. Hal tersebut mendorong rezim Suriah untuk mencari dukungan dari organisasi teroris PKK/YPG untuk melawan oposisi.
Namun, langkah tersebut justru membuka jalan bagi kelompok teroris tersebut untuk mendapatkan wilayah seiring rezim Suriah menyerahkan wilayah kekuasaan yang terletak di timur Sungai Eufrat.
Kelompok teroris PKK/YPG menganggap penyerahan wilayah oleh rezim Suriah sebagai sebuah kesempatan dan berusaha untuk membangun koridor teror antara Tel Rifaat dan Suriah timur laut.
Menyadari manuver organisasi teroris tersebut Tentara Nasional Suriah (SNA) meluncurkan "Operasi Fajar Kebebasan”, memasuki medan perang, memutus jalur antara Raqqa dan Aleppo, serta memblokir hubungan antara Tel Rifaat dan Suriah timur laut.
Merebut bandara Militer Kuweires
Sebagai bagian dari Operasi Fajar Kebebasan, SNA pada Minggu merebut Bandara Militer Kuweires di Aleppo dan memutus jalur logistik kelompok teror PKK/YPG antara Tel Rifaat dan Manbij.
Dengan direbutnya bandara oleh SNA yang menampung pesawat militer dan sistem pertahanan udara, jalur logistik kelompok teror PKK/YPG antara Tel Rifaat dan Manbij pun terganggu. Bandara tersebut juga telah menjadi sasaran beberapa kali oleh Israel.
Selain itu, sebagai bagian dari operasi tersebut, SNA menguasai tiga desa dan sebuah bukit dari teroris di Tel Rifaat.
Baca juga: IRGC pastikan wafatnya penasihat miilter Iran dalam serangan di Suriah
Baca juga: Tentara Nasional Suriah luncurkan operasi lawan kelompok teroris
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024