isa | CNN Indonesia
Selasa, 15 Apr 2025 14:46 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Jumlah warga Jepang mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada Oktober 2024, jumlah populasi menjadi 120,3 juta jiwa atau menyusut 898.000 orang.
Kementerian Dalam Negeri Jepang melaporkan angka tersebut merupakan penurunan terbesar yang pernah tercatat di negara itu sejak 1950.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka kelahiran menjadi salah satu yang terendah di dunia. Tren ini menyebabkan jumlah tenaga kerja menyusut, lebih sedikit konsumen, dan lebih banyak perusahaan susah payah merekrut pekerja.
Pemerintah sudah berusaha melakukan segala cara untuk mengatasi krisis populasi dan menambah kelahiran di Jepang. Namun, beberapa upaya mereka dianggap tak berhasil.
Terbaru, pemerintah mencoba kebijakan baru. Sekretaris kabinet Yoshimasa Hayashi mengatakan pemerintah Jepang menawarkan bantuan ke pasangan muda yang ingin punya anak tetapi terhambat karena alasan ekonomi.
"Kita pahami penurunan angka kelahiran ini terus berlanjut karena banyak masyarakat yang ingin membesarkan anak tapi tak mampu memenuhi keinginan," kata dia saat konferensi pers pada Senin (13/4), dikutip Channel News Asia (CNA).
Banyak kalangan muda di Jepang menunda menikah dan punya anak karena berbagai alasan mulai dari keamanan pekerjaan hingga perubahan nilai-nilai sosial yang tak lagi menekankan pernikahan.
Pemerintah, kata Yoshimasa, juga berupaya menaikkan upah bagi kaum muda sambil menawarkan bantuan dalam membesarkan anak.
"Kami akan menggalakkan langkah-langkah komprehensif untuk mewujudkan masyarakat di mana setiap orang yang ingin punya anak akan bisa punya anak dan membesarkan mereka dengan pikiran yang tenang," ujar dia.
(bac)