Pengusaha Diminta Rangkul Diaspora Australia untuk Tingkatkan Ekspor

4 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menyarankan agar pelaku usaha berorientasi ekspor menggandeng diaspora di Australia. Alasannya, diaspora dinilai lebih memahami situasi pasar di negara tempat mereka menetap sehingga bisa mendorong peningkatan ekspor Indonesia. “Komunitas dan diaspora Indonesia yang berkembang di Australia menjadi katalisator promosi alami di pasar retail dan online Australia,” kata anggota LPEI, Fikrie Aldjoeffry, dalam keterangan tertulis, Sabtu, 10 Mei 2025.

Atase Perdagangan Canberra, Agung Haris Setiawan, total nilai perdagangan antara Australia dan Indonesia mencapai US$ 13,474 miliar. Adapun nilai ekspor Indonesia ke Australia mencapai US$ 5,59 miliar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Haris–sapaan dia–mengungkapkan produk makanan dan minuman menjadi salah satu sektor dengan potensi ekspor yang besar di Australia. Pada 2024, total nilai ekspor produk makanan dan minuman ke Australia mencapai US$ 160,5 juta. Haris menyarankan agar para eksportir makanan dan minuman mengikuti tren yang sedang terjadi di Australia untuk menembus pasar negeri kanguru itu.

Kuncinya, kata Haris, dengan memasarkan produk yang rendah gula atau berbasis tanaman (plant-based) serta memenuhi standar Food Standards Australia New Zealand (FSANZ). “Produk yang dipasarkan juga sebaiknya memiliki cerita yang kuat, menggunakan bahan berkualitas, dan memiliki nilai budaya serta berkelanjutan,” kata Haris.

Indonesia juga memiliki peluang besar mengekspor bumbu masak. Saat ini Australia digadang-gadang sedang mencari bumbu masak berbahan alami tanpa tambahan sintetis dan praktis digunakan. “Tren kuliner global dan etnik mendorong permintaan bumbu otentik, dan Indonesia memiliki peluang besar di pasar ini.”

Selain itu, Haris mengatakan produk dekorasi rumah berbahan rotan dari Indonesia juga digemari masyarakat Australia. Haris menyatakan tren ekspor produk dekorasi rumah Indonesia sepanjang 2018--2022 meningkat sebesar 13,98 persen, sedangkan ekspor produk furnitur meningkat sebesar 11,67 pada periode yang sama. 

Untuk menarik pasar Australia, Haris menyarankan agar produk dekorasi rumah dibuat dengan desain yang minimalis dengan warna-warna netral agar bisa menyesuaikan desain interior. “Sentuhan personal atau handmade yang unik juga dapat mencerminkan kepribadian, serta integrasi dengan perangkat pintar untuk mempermudah pengelolaan rumah sehari-hari,” kata dia.

Selain rotan, produk dekorasi rumah berbahan bambu dari Indonesia juga dinilai semakin dilirik pangsa Australia. Musababnya, konsumen Australia sedang mencari produk yang terbuat dari bahan alami seperti bambu. “Produk bambu Indonesia terkenal dengan sentuhan handmade, desain artistik, dan nilai budaya yang kuat, menciptakan daya tarik emosional yang sulit disaingi produk massal,” tutur dia.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |