Jakarta (ANTARA) - Bagi pengemudi baru, mengemudi di jalan raya bisa menjadi pengalaman yang menegangkan. Meski telah lulus ujian praktik dan memiliki SIM, kenyataannya banyak kesalahan yang masih dilakukan tanpa disadari mulai dari kebiasaan kecil yang dianggap sepele, hingga tindakan yang berisiko menimbulkan kecelakaan.
Kesalahan-kesalahan ini bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga pengguna jalan lain. Karena itu, penting bagi para pengemudi baru untuk mengenali dan menghindari berbagai kebiasaan yang bisa berdampak buruk saat berada di balik kemudi.
Berikut ini adalah berbagai kesalahan umum yang sering dilakukan pengemudi pemula, yang telah dihimpun dari berbagai sumber.
Baca juga: 8 cara berkendara dengan teknik eco driving untuk hemat BBM
Kesalahan umum yang dilakukan bagi pengemudi pemula
1. Membelok terlalu tajam hingga setir mentok saat berkendara mobil
Kebiasaan memutar setir sampai mentok saat berbelok terutama saat parkir sering dilakukan oleh banyak pengemudi, termasuk pemula. Meskipun cara ini terkesan memudahkan manuver, terlalu sering melakukannya justru bisa mempercepat kerusakan pada sistem kemudi.
Pada mobil yang menggunakan power steering hidrolik, tekanan berlebih saat setir diputar penuh bisa merusak komponen seperti seal dan selang bertekanan tinggi. Jika dibiarkan, kerusakan ini dapat berisiko saat mobil sedang berbelok.
2. Menyalakan lampu hazard saat hujan lebat
Banyak pengemudi menyalakan lampu hazard ketika hujan turun dengan intensitas tinggi agar kendaraan lebih mudah terlihat. Namun, ini merupakan penggunaan yang keliru.
Lampu hazard dirancang untuk situasi darurat, bukan untuk cuaca buruk. Terutama di jalan tol, hal ini bisa membingungkan pengendara di belakang. Saat hazard menyala, lampu sein tidak akan tampak jelas, sehingga potensi kesalahpahaman dan tabrakan meningkat saat pengemudi bermaksud berpindah jalur.
3. Mendahului lewat bahu jalan
Bahu jalan seharusnya hanya digunakan untuk kondisi darurat, seperti kendaraan mogok atau ban pecah. Sayangnya, masih banyak pengemudi yang menyalahgunakannya untuk menyalip kendaraan lain di saat lalu lintas padat.
Tindakan seperti ini sangat berisiko, karena bisa mengancam keselamatan pengemudi lain yang mungkin sedang berhenti darurat di area tersebut.
4. Menginjak rem mendadak atau tidak tepat waktu
Saat menghadapi situasi tak terduga di jalan, banyak pengemudi pemula yang secara refleks langsung menginjak rem sekuat mungkin. Tindakan ini memang spontan, tetapi bisa berdampak serius seperti mobil tergelincir, kehilangan kendali, atau bahkan ditabrak dari belakang karena kendaraan di belakang tidak sempat mengantisipasi.
Baca juga: Cara menerapkan eco driving agar irit BBM dan kendaraan awet
5. Lupa atau salah gunakan lampu sein
Lampu sein adalah alat komunikasi penting antar pengguna jalan. Dengan menyalakannya, pengemudi memberi tahu pengendara lain tentang arah yang akan diambil baik untuk berbelok maupun berpindah jalur.
Namun, banyak pengemudi baru yang sering lupa menyalakan sein, menyalakannya terlambat, atau bahkan tidak menyalakannya sama sekali. Selain membingungkan, kebiasaan ini bisa sangat berbahaya dan memicu kecelakaan.
6. Mengemudi terlalu dekat dengan kendaraan di depan
Kesalahan pengemudi pemula lainnya adalah terlalu menempel ke mobil di depannya. Selain membuat pengemudi depan merasa tidak nyaman, hal ini sangat berisiko.
Jika mobil di depan tiba-tiba mengerem karena rintangan, hewan melintas, atau alasan lainnya Anda mungkin tidak punya cukup waktu dan ruang untuk menghindar. Risiko tabrakan pun meningkat, apalagi bila jarak pandang Anda tertutup oleh kendaraan tersebut.
Untuk menghindari situasi seperti ini, jaga jarak aman sesuai kecepatan kendaraan. Dengan jarak yang cukup, Anda akan lebih leluasa mengantisipasi dan bereaksi terhadap kondisi di depan tanpa panik.
7. Menerobos lampu merah dan kuning
Keinginan untuk segera sampai ke tujuan sering kali membuat pengemudi mengabaikan aturan di jalan, termasuk rambu-rambu lalu lintas. Salah satu contoh yang umum terjadi adalah saat menghadapi lampu merah.
Tak jarang pula, lampu kuning justru diartikan sebagai isyarat untuk menambah kecepatan, bukan sebagai tanda untuk bersiap berhenti. Padahal, mengabaikan rambu seperti ini bisa menimbulkan risiko besar, baik bagi diri sendiri maupun pengguna jalan lain.
Baca juga: Tips aman berkendara di jalan tol saat hujan deras
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025