Pengamat Ungkap Empat Faktor Pemicu Pro-Palestina di Negara Barat

1 day ago 6

TEMPO.CO, Jakarta -Analisis geopolitik Timur Tengah Dina Sulaeman menyoroti aksi bela Palestina yang terjadi secara massif di Eropa dan Amerika Serikat. Dia mengungkap setidaknya empat faktor yang membuat gerakan untuk mendukung Palestina meluas di negara-negara Barat.

Pertama, Dina menilai bahwa masyarakat di negara-negara Barat memiliki kesadaran yang besar untuk berpendapat terhadap konflik di Gaza. Menurut dia, kondisi ini berhubungan dengan kemajuan kebebasan sipil dalam menyuarakan pendapat Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedua, Dina berpendapat bahwa genosida di Gaza sudah melampaui segala batasan moral universal sehingga menggerakkan masyarakat sipil. Selain itu, sikap pemerintah negara-negara Barat yang cenderung pasif turut membuat masyarakat mempertanyakan standar ganda pemerintah mereka.

"Mengapa untuk kasus pelanggaran hak asasi manusia di negara lain pemerintah Barat terlihat sensitif, tapi untuk Israel mereka diam saja?" kata dosen hubungan internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) itu dalam pesan tertulisnya kepada Tempo, Selasa, 27 Mei 2025.

Ketiga, Dina melihat terbukanya 'kotak pandora' informasi soal Israel yang selama ini banyak ditutupi media arus utama.

Contohnya, ujar dia, banyak politisi Barat yang dibiayai organisasi terafiliasi Zionis, seperti American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) yang memang terbukti memberi dana kampanye pada sangat banyak politisi yang duduk di Kongres AS.

Dina juga menyebut banyak universitas berinvestasi di perusahaan-perusahaan militer Israel. Selain itu, Dina turut mengatakan bahwa ada sejumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) AS dihibahkan kepada Israel. 

"Padahal Israel negara makmur, rakyatnya dapat banyak subsidi pendidikan dan kesehatan, sementara rakyat negara Barat, terutama AS, harus membayar mahal untuk pendidikan dan kesehatan," ujarnya. 

Terakhir, Dina menjelaskan bahwa akademisi, mahasiswa, dan aktivis pro Palestina selama puluhan tahun sudah aktif membangun jaringan dan memproduksi narasi tandingan soal perjuangan Palestina.

Mereka, ujar Dina, telah menandingi narasi mainstream yang berpihak pada Israel.

Menurut Dina, jaringan ini memiliki kesiapan yang lebih matang dalam menyambut berbagai kebijakan pemerintah Barat sehingga gerakan demostrasi pun bisa tereskalasi dengan sangat masif.

Sebelumnya, ratusan ribu orang di berbagai kota besar Eropa menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran pada 15 Mei untuk memperingati Hari Nakba--hari ketika lebih dari 700.000 warga Palestina terusir dari tanah air mereka usai berdirinya Israel pada 1948.

Seperti dilansir Anadolu dan Aljazeera, aksi protes itu juga menjadi bentuk kecaman atas serangan brutal Israel ke Jalur Gaza. Para aktivis mengatakan bahwa sejarah terulang kembali hari ini di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.

Di Stockholm, ribuan orang memadati Lapangan Odenplan atas undangan sejumlah organisasi masyarakat sipil.

Para demonstran membawa bendera Palestina, foto anak-anak korban serangan, dan spanduk bertuliskan “Hentikan genosida rezim Zionis di Palestina.”

Sebagian peserta memegang poster bertuliskan nama-nama warga sipil yang tewas di Gaza untuk menarik perhatian terhadap tragedi kemanusiaan yang masih berlangsung.

Pada April lalu, bentrokan terjadi antara polisi dan mahasiswa Pro-Palestina di Amerika Serikat yang menentang serangan Israel di Jalur Gaza.

Polisi turun ke jalan dan melakukan aksi kekerasan untuk menghentikan protes yang meluas sejak penangkapan massal di Universitas Columbia sejak sepekan sebelumnya.

Kericuhan dimulai antara polisi dan mahasiswa yang menentang perang Israel di Gaza pecah pada Kamis, 25 April 2024.

Sita Planasari ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Pilihan Editor: Eropa Bersatu Gelar Protes Serangan Israel di Jalur Gaza

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |