TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Gizi Nasional atau BGN Dadan Hindayana mengakui ceritanya tentang tips membuat anak tumbuh tinggi bisa menuai polemik. Dadan mulanya tertawa saat dikonfirmasi benarkah dia menganjurkan anak-anak untuk minum susu hingga 2 liter per hari agar tumbuh tinggi.
"Pasti semua salah paham," ujarnya saat dihubungi pada Kamis, 29 Mei 2025. Dadan mengatakan, pernyataannya soal konsumsi susu 2 liter per hari sesungguhnya bukanlah tips untuk ditelan mentah-mentah. Melainkan berdasarkan pengalaman pribadinya saat membesarkan dua anak laki-lakinya yang diwajibkan meminum susu setiap hari hingga kelas 2 SMA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dadan bercerita, anak bungsunya pernah meminum susu hingga 2 liter dalam sehari karena menggemari produk hewani itu. Hal itu ia kaitkan dengan tinggi badan anaknya yang kini mencapai 185 cm. Sementara anak sulungnya yang juga diwajibkan meminum susu, Dadan menyebut tinggi putranya 181 cm.
Dadan menilai cerita itu sah-sah saja dibagikan kendati pernyataannya kemudian disorot karena dianggap menganjurkan konsumsi 2 liter susu per hari. Terlebih, kata Dadan, cerita itu tidak dijadikan sebagai landasan kebijakan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Orang cerita pengalaman mengurus anak dan menceritakan realita masa tidak boleh. Kan tidak kami jadikan kebijakan dalam MBG karena kami sesuaikan dengan situasi dan kondisi," tutur Dadan.
Bagi dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, susu adalah sumber kalsium yang penting bagi pertumbuhan anak-anak. Sehingga ia menegaskan bahwa kisah anaknya yang meminum susu hingga 2 liter itu merupakan kebiasaan keluarganya. "Saya yakin setiap insan punya prinsip dan pijakan masing-masing dalam membesarkan keluarga."
Dadan pertama kali disampaikan cerita tentang anaknya yang mengonsumsi 2 liter susu dalam sehari saat ia mengunjungi Pondok Pesantren Syaichona Muhammad Cholil, Bangkalan, Jawa Timur. Menurut pengamat politik Hendri Satrio, pernyataan Dadan tidak sensitif terhadap kondisi masyarakat dan bisa mengaburkan pesan yang lebih penting.
"Netizen fokus ke 2 liter per hari, bukan ke manfaat susunya. Ini soal bagaimana pesan disampaikan," ujar Hendri dalam keterangan resmi pada Kamis. Menurut Hendri cerita Dadan bisa menjadi blunder dalam komunikasi seorang pejabat karena akan selalu dikaitkan dengan Makan Bergizi Gratis.
Dengan cara penyampaian yang tidak dapat, Hendri khawatir cerita Dadan itu bisa menghambat program MBG. Pasalnya, ia menyebut komunikasi adalah tulang punggung keberhasilan pemerintahan. "Tapi kalau ada cegukan komunikasi kayak ini, program unggulan bisa tertatih-tatih," katanya.