Pasar Seni ITB tidak hanya sebagai selebrasi seni satu hari tetapi sebagai proses panjang yang menumbuhkan semangat kolektif secara berkelanjutan.
27 Mei 2025 | 23.02 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Pasar Seni Institut Teknologi Bandung (ITB) akan kembali digelar pada 19 Oktober 2025 setelah vakum selama sebelas tahun. Tema besar Pasar Seni ITB 2025 yaitu Setakat Lekat: Laku, Temu, Laju. “Tema ini mencerminkan semangat zaman yang bergerak cepat, saling terhubung, dan terus bertumbuh,” kata Ketua Pelaksana Pasar Seni ITB 2025 Kayla Hafsah lewat keterangan tertulis, Senin, 26 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laku merujuk bagian dari respons manusia. Temu, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas disiplin dan generasi. Laju, menandai hadirnya percepatan informasi di antara dua dunia. Sebelum hari puncak, panitia menyiapkan sejumlah acara seperti Beranda Bersama, Sepanjang Masa, Saling Senggo, dan Tapak Meriah untuk memperluas interaksi antara seniman, komunitas, dan masyarakat.
Pasar Seni ITB Tak Hanya Selebrasi Seni Satu Hari
Menurut Kayla, Pasar Seni ITB tidak hanya sebagai selebrasi seni satu hari tetapi sebagai proses panjang yang menumbuhkan semangat kolektif secara berkelanjutan. Melalui pendekatan kuratorial yang mendalam, partisipasi lintas bidang, serta semangat keterlibatan publik, Pasar Seni ITB 2025 diharapkan menjadi ruang refleksi, pertemuan lintas disiplin, dan perayaan seni, kebersamaan, keberagaman, dan kekayaan ekspresi.
Sebagai pembuka rangkaian acara, panitia menggelar pameran “Kilas Balik: Lima Dekade Pasar Seni ITB” di Galeri Soemardja ITB pada 25 hingga 31 Mei 2025. Pameran itu menampilkan arsip visual, dokumentasi, dan artefak dari 1972 hingga 2014 yang merekam dinamika perjalanan Pasar Seni lintas generasi. “Pameran ini menjadi titik awal untuk menyulam kembali memori kolektif menuju perayaan puncak Pasar Seni ITB 2025,” kata dia.
Ruang Egaliter Antara Seniman dan Publik
Pengunjung pameran diajak menelusuri kembali bagaimana Pasar Seni telah menjadi ruang egaliter yang mempertemukan seniman dan publik, sekaligus mencerminkan semangat zaman dari masa ke masa. Dokumentasi visual, poster lawas, artefak karya, serta cerita dari para pelaku menjadi jembatan yang menghubungkan lintas generasi. “Lebih dari sekadar ruang nostalgia, pameran ini menjadi refleksi akan pentingnya keberlanjutan ruang seni kolektif di Indonesia,” ujar Kayla.
Sementara menurut pelaksana tugas Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Nurdian Ichsan, kembalinya Pasar Seni setelah sekian lama bukan sekadar repetisi melainkan titik balik sebuah perjalanan. "Saya sangat percaya ini akan menjadi momentum perubahan,” katanya. Pasar Seni akan menggaet komunitas dengan gaya kekinian yang mengangkat sifat lokalitas.