NASA Kembangkan Deteksi Tanda Awal Gunung Meletus dari Warna Daun Pohon

1 day ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti dari NASA dan Smithsonian Institution mengembangkan metode baru untuk mendeteksi tanda-tanda awal letusan gunung berapi dengan memantau warna hijau daun pohon di sekitar gunung berapi dari luar angkasa. Semakin hijau daun pohon di sekitar gunung, semakin dekat kemungkinan letusan terjadi.

Tanda-tanda ini dapat membantu melindungi masyarakat dari dampak terburuk letusan gunung berapi, termasuk aliran lava, batuan yang terlempar, hujan abu, longsor lumpur, hingga awan gas beracun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perubahan warna daun yang menunjukkan kesehatan tanaman yang meningkat terjadi karena emisi karbon dioksida (CO2) yang keluar dari magma yang naik ke permukaan gunung. Sebelumnya perubahan warna ini hanya bisa diamati dari darat, tapi sekarang dapat dipantau lewat satelit.

“Sistem peringatan dini gunung berapi sudah ada. Tujuannya di sini adalah membuatnya lebih baik dan membuatnya lebih cepat,” kata Florian Schwandner, vulkanolog dan kepala divisi Ilmu Bumi di NASA Ames Research Center, dikutip dari laporan Live Science, Ahad, 1 Juni 2025.

Selain indikator tradisional seperti aktivitas seismik, perubahan tinggi tanah, dan emisi sulfur dioksida, para ilmuwan kini juga fokus pada emisi CO2 sebagai tanda awal letusan.

"Gunung berapi yang memancarkan jumlah karbon dioksida yang kecil sebagai pertanda letusan tidak akan terlihat pada citra satelit,” kata Robert Bogue, mahasiswa doktoral vulkanologi di McGill University. Meski begitu, CO2 merupakan salah satu tanda pertama letusan yang akan datang dan sangat penting untuk dipantau.

Sebuah studi tahun 2024 yang dipublikasikan di jurnal Remote Sensing of Environment menunjukkan korelasi antara emisi CO2 dan tingkat kehijauan pohon di sekitar Gunung Etna, Italia. Dengan menggunakan citra satelit Landsat 8 antara 2011 hingga 2018, peneliti menemukan 16 lonjakan emisi CO2 dan peningkatan kehijauan daun yang bertepatan dengan pergerakan magma.

Namun, metode ini tidak bisa digunakan di semua gunung berapi karena tidak semua gunung berapi memiliki cukup pohon untuk diukur dari satelit. Faktor lain seperti kebakaran, penyakit, atau cuaca juga bisa memengaruhi warna daun.

“Melacak pengaruh karbon dioksida vulkanik pada pohon tidak akan menjadi solusi tunggal, tapi ini adalah sesuatu yang bisa mengubah permainan,” kata Schwandner.

Untuk meningkatkan akurasi metode ini, program Airborne Validation Unified Experiment: Land to Ocean (AVUELO) diluncurkan untuk membandingkan citra satelit dengan pengamatan langsung di lapangan.

“Tujuannya adalah memastikan data tersebut cocok, agar para ilmuwan dapat mengkalibrasi instrumen di luar angkasa dan melanjutkan penelitian ini ke tahap berikutnya.”

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |