Komunitas Wanita Bersanggul Indonesia Gelar Bedah Buku Trilogi Kartini

5 hours ago 3

CANTIKA.COM, Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Kartini 2025, komunitas Wanita Bersanggul Indonesia (WBI) Jabodetabek menggelar acara Bedah Buku Trilogi Kartini: Hidupnya, Renungannya, dan Cita-Citanya di Museum Bank Mandiri, Jakarta Kota, pada Sabtu, 26 April 2025.

Mengusung tema "Perempuan Berdaya, Masa Depan Bercahaya", Ketua WBI Jabodetabek Ignatia Marhaeni mengatakan bedah buku ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran perempuan Indonesia atas kekuatan dan ketahanan yang mereka miliki untuk membangun masa depan.

“Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran perempuan terhadap kekuatan dan ketahanannya dalam menghadapi tantangan serta peran pentingnya dalam membangun masa depan,” kata Ignatia. 

Acara bedah buku ini juga menjadi pembuktian kepada masyarakat bahwa perayaan Kartini tidak sebatas tentang karnaval, fashion show, atau lomba masak. Tetapi juga menyelami gagasan dan pemikiran kritis Kartini dalam mendukung perempuan dan kesetaraan gender yang dia tuangkan dalam surat-suratnya. 

“Agar kita semakin melek bahwa Kartini tidak sesederhana seperti waktu kecil menampilkan karnaval, fashion show, atau lomba masak. Dengan bedah buku, menunjukkan bahwa perayaan Kartini tidak hanya ke arah situ, melainkan ada surat-suratnya yang membahas kesetaraan gender dan mengenalkan perempuan pada pendidikan yang lebih tinggi,” jelas Ignatia.

Ketua Komunitas Wanita Bersanggul Indonesia Jabodetabek Ignatia Marhaeni ditemui di Jakarta Pusat pada Sabtu, 26 April 2025. Foto: CANTIKA/Silvy Riana Putri

Ignatia berharap, perempuan bisa lebih berdaya dan menunjukkan diri mereka sebagai pemilik peran penting dalam pembangunan bangsa. 

“Semoga acara ini bisa menginspirasi teman-teman sekalian untuk bersama-sama menjadi wanita yang berbudaya, berdaya, dan berkarya,” ujarnya.

Bedah Buku 

Sang penulis buku trilogi Kartini, Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro turut menghadiri acara bedah buku di akhir pekan kemarin. Ada tiga perempuan berbeda latar belakang yang menjadi pembedah buku. 

Salah satunya Dekan Fakultas Ilmu Administrasi, Bisnis & Komunikasi, Unika Atma Jaya Jakarta, Prof. Dr. Dorien Kartikawangi. Dia membedah buku Kartini, Kumpulan Surat-Surat (1899-1904)

Dia mengisahkan membutuhkan waktu dua hari untuk menuntaskan buku setebal 900 lebih halaman berisi terjemahan dari 179 surat-surat Kartini dari Bahasa Belanda ke dalam Bahasa Indonesia. 

Menurut Dorien Katikawangi, surat-surat Katini di buku tersebut merupakan ungkapan emosi yang dirasakan Kartini melalui rangkaian bahasa yang dituangkan dalam tulisan.

“Jadi kalau kita lihat melalui lensa retorika dan semiotika, surat ini adalah diri, tubuh, bahasa, dan narasi dari apa yang diperjuangkan oleh Kartini terkait emansipasi,” jelasnya. 

Pembedah buku lainnya yaitu penulis senior, Theresia Emir. Dia membedah buku Jilid II berjudul Kartini: Hidupnya, Renungannya, dan Cita-citanya. Buku setebal 340 halaman ini berisi kontribusi tulisan dari biografi Siti Sumandari Suroto mengenai kehidupan, ide-ide dan pemikiran Kartini yang ditulis dalam surat-suratnya.

Buku Kartini, Kumpulan Surat-Surat (1899-1904). Foto: CANTIKA/Fatmawati

Setelah membaca buku tersebut, Theresia Emir merasa Kartini adalah wartawan pertama baginya. Sebab di usia 16 tahun,  Kartini telah membuat tulisan berjudul “Upacara Perkawinan pada Suku Koja” yang terbit di majalah Holandsche Leile pada tahun 1898.

“Bagi saya yang mantan jurnalis dan penulis buku, saya menganggap Kartini sebagai wartawan pertama, tutur Theresia.

Kemudian, Glory Oyong sebagai Corporate Communication Director Kompas Gramedia, membedah buku jilid III Inspirasi Kartini dan Kesetaraan Gender. Isi buku tersebut menyoroti sikap dan peran Kartini sebagai pembuka pintu bagi perempuan, untuk mendapat hak-hak mereka memiliki peran yang setara dengan laki-laki. 

Glory Oyong merasa, lewat buku ini, Kartini menjadi pendobrak pintu dan memberikan jalan kepada perempuan untuk terus mewujudkan impian mereka. 

“Karena Kartini sebagai pendobrak pintu untuk perempuan memiliki mimpi yang tinggi. Saya rasa ini juga menjadi pemantik kita untuk menyadari pentingnya kesetaraan, bahwa perempuan sebagai satu gender di Indonesia ini bisa berdaya,” jelas Glory.

Dengan pemikiran dan cita-cita miliknya, menjadikan Kartini dikenal sebagai ikon emansipasi perempuan tidak hanya di Indonesia, tapi juga sebagai tokoh emansipasi internasional. 

Apresiasi Wamen Ni Luh Puspa

Bedah buku ini juga dihadiri oleh Wakil Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Ni Luh Puspa. Dia memberikan apresiasi atas kegiatan yang menginspirasi. 

“Saya merasa ini adalah hal yang sangat bagus. Saya sangat mengapresiasi dengan acara yang digelar hari ini, literasi yang diberikan kepada perempuan-perempuan hari ini luar biasa sekali,” katanya.

Ni Luh Puspa, Wakil Menteri Pariwisata dalam acara Bedah Buku Trilogi Kartini: Hidupnya, Renungannya, dan Cita-Citanya di Museum Bank Mandiri, Jakarta, Sabtu, 26 April 2025. Foto: CANTIKA/Fatmawati

Dengan adanya acara bedah buku pemikiran kartini ini, Ni Luh berharap dapat menambah wawasan dan khazanah perempuan, serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

“Mudah-mudahan bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagaimana perempuan itu harus berdaya, perempuan itu literasinya harus bagus. Jadi, cita-cita kita untuk menyambut generasi emas 2045 bisa terwujud ketika anak-anak itu terdidik dengan baik hari ini, dan pendidik yang utama di keluarga tentu saja perempuan,” jelas Ni Luh.

Pilihan Editor: Buku I Do, Mengulik Tren Pernikahan Masa Kini yang Bikin Orang Berpikir 2 Kali

FATMAWATI

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |