TEMPO.CO, Jakarta - Aksesibilitas di tempat ibadah sangat dibutuhkan bagi jemaah haji dengan disabilitas. Apalagi pelaksanan ibadah haji 2025, Kementerian Agama mengusung tagline 'Haji Ramah Lansia dan Disabilitas'. Lantaran itu, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND) Deka Kurniawan menilai diperlukan pemantauan kebutuhan serta daftar masalah yang berpotensi dialami jemaah disabilitas di tanah suci.
"Misalnya, ada beberapa aksesibilitas yang tentunya tidak dapat kita (Kemenag RI) penuhi, karena itu kewenangan pemerintah Arab Saudi, seperti misalnya aksesibilitas bangunan di beberapa lokasi utama, seperti di Masjid Nabawi, guiding block hanya ada di pelataran halaman saja, di dalam masjidnya tidak ada," ujarnya saat dihubungi Tempo, Kamis, 17 April 2025
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati demikian, panitia penyelenggara haji dapat memantau beberapa tempat yang dijadikan pemondokan bagi jemaah haji Indonesia, khususnya dengan disabilitas. Menurut Deka, beberapa aksesibilitas yang dapat dipenuhi untuk jemaah haji disabilitas antara lain:
1. Jemaah dengan disabilitas fisik
Jemaah haji dengan disabilitas fisik memerlukan aksesibilitas bangunan dan mobilitas yang memadai. Lantaran itu, beberapa aksesibilitas yang perlu dipantau penyelenggara haji Indonesia adalah ketersediaan kursi roda di tempat umum, ram, toilet disabilitas, serta hand railing di pemondokan.
2. Jemaah dengan disabilitas sensorik
Bagi jamaah disabilitas sensorik netra, aksesibilitas yang diperlukan adalah guiding block atau ubin pemandu. JEmaah disabilitas netra juga memerlukan sumber informasi yang dapat diraba atau tactile. Namun karena tidak semua bangunan di lokasi haji memiliki guiding block, menurut Deka, jemaah dengan disabilitas netra juga perlu diberikan pendamping yang berperan untuk menunjukkan arah atau jalan.
Sementara bagi jemaah disabilitas sensorik pendengaran atau tuli, aksesibilitas yang diperlukan adalah pendamping yang dapat menjelaskan petunjuk serta informasi dalam ibadah haji. Lantaran itu, menurut Deka, aksesibilitas yang dibutuhkan jemaah tuli adalah pendamping yang dapat menggunakan bahasa isyarat.
3. Jemaah dengan disabilitas mental psikososial
Secara kasat mata, jemaah dengan disabilitas mental psikososial tidak akan terlihat. Lantaran itu, menurut Deka, pemenuhan aksesibilitas utama bagi jemaah dari ragam disabilitas ini adalah pendamping. Peran pendamping ini mengantisipasi serta mengevakuasi jamaah yang sedang relapse ke tempat aman dan tenang. Pendamping juga berperan sebagai tempat berbagi saat jemaah disabilitas psikososial membutuhkan shelter ketika berada di fase terendah.
4. Disabilitas intelektual
Menurut Deka, hingga saat ini, masih jarang jemaah dengan disabilitas intelektual yang melaksanakan ibadah haji sendirian. Kebanyakan dari mereka pergi bersama keluarga. Dengan kondisi yang sudah ada seperti itu, menurut Deka, aksesibilitas yang dibutuhkan jemaah disabilitas intelektual saat ibadah haji adalah pendamping. Peran pendamping ini, selain memberikan penjelasan mengenai tata cara ibadah haji dan memberikan pentunjuk tempat yang harus disinggahi.
Secara garis besar, aksesibilitas utama yang paling dibutuhkan jemaah disabilitas saat beribadah haji adalah pendamping. Lantaran itu, dalam bimbingan teknis penyelenggaraan haji, para petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) perlu diberi pembekalan mengenai perspektif disabilitas. Tidak hanya itu, PPIH perlu diberi pembekalan bagaimana cara berkomunikasi, berinteraksi, sekaligus mendampingi jamaah dengan disabilitas.
Seperti yang telah disampaikan oleh Komisioner KND lainnya yang juga memiliki disabilitas, Fatimah Asri Mutmainah. Cara berinteraksi dan berkomunikasi dengan jemaah disabilitas perlu dipahami PPIH lantaran ada beberapa keunikan penyandang disabilitas yang tidak dimengerti dan dirasakan oleh orang tanpa disabilitas.
"Misalnya, jangan memegang atau bersandar sembarangan ke kursi roda penyandang disabilitas fisik, karena kursi roda bagi mereka merupakan anggota tubuh," kata Fatimah, dalam bimbingan teknis PPIH penyelenggaraan ibadah haji 1446 H/2025 di Asrama Haji Pondok Gede, Senin, 14 April 2025.