Ketika Ekspansi Kebun Sawit Usik Habitat dan Picu Konflik Manusia-Satwa

1 day ago 4

TEMPO.CO, Palembang - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) belakangan mengungkap dampak ekspansi perkebunan sawit terhadap konflik manusia dan satwa liar. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) di Sumatera Selatan termasuk wilayah yang fragmentasi habitat satwanya berubah akibat ladang sawit. Perubahan lanskap itu membuat penduduk OKI rawan berkonflik dengan binatang.

Kondisi yang sama terjadi di Riau yang memiliki areal sawit seluas 4 juta hektare. “Membuat satwa kebingungan dan memicu konflik," kata Hanif saat berkunjung ke Desa Jadi Mulya, Sumatera Selatan, pada Ahad, 25 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, konflik manusia dan satwa merupakan isu serius yang membutuhkan pendekatan lintas sektor. “Harus ada kerja sama dan kolaborasi dari berbagai pihak,” ujar Hanif.

Sebagai solusi, KLH menggagas pembangunan koridor perlintasan satwa liar di Pulau Sumatera. Dengan cara ini satwa tetap memiliki jalur alami untuk bermigrasi tanpa harus melintasi wilayah permukiman atau perkebunan.

Menurut Hanif, koridor satwa menjaga keseimbangan ekosistem di lanskap Sumatera yang terus tertekan pembangunan. Jalur khusus ini akan dibangun dengan memperhatikan kebutuhan spesifik masing-masing hewan, seperti gajah sumatera dan harimau sumatera yang selama ini paling sering berkonflik dengan manusia.

Koridor tersebut akan ditanami tumbuhan yang menjadi sumber pakan dan habitat alami, misalnya vegetasi dengan garam tinggi yang disukai gajah. “Ditanami tumbuhan yang dibutuhkan satwa, sehingga mereka memiliki jalur alami dan tidak masuk ke permukiman,” kata Hanif.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |