TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia membuka peluang ekspor ke negara-negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan) dan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP). Hal ini dilakukan demi mengantisipasi dampak kebijakan tarif impor Amerika Serikat.
“Indonesia baru masuk menjadi BRICS dan ini juga menjadi akses pasar yang baru, dan juga aksesi Indonesia di dalam CPTPP,” ujar Airlangga dalam konferensi pers daring pada Jumat, 25 April 2025. Menurut Airlangga, keanggotaan Indonesia di BRICS dan proses aksesi CPTPP akan membuka pasar baru seperti di Inggris, Meksiko, dan beberapa negara di Amerika Latin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indonesia sendiri telah bergabung dengan BRICS sejak 6 Januari 2025. BRICS didirikan oleh para anggotanya untuk menantang tatanan dunia yang didominasi oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutu baratnya. Sementara itu, CPTPP terdiri dari 11 negara, yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chili, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam. Indonesia sendiri sedang dalam proses mengajukan aksesi untuk bergabung ke dalam perjanjian ekonomi ini.
Selain CPTPP, Airlangga juga mengatakan Indonesia memiliki target untuk menyelesaikan kerja sama Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA.
“Kami sudah berkomunikasi dengan komisioner di EU CEPA dan mereka pada prinsipnya sekarang sangat terbuka dan sangat ingin agar CEPA ini segera diselesaikan,” kata dia. Airlangga berujar Indonesia akan mengutamakan kerja sama bilateral maupun multilateral demi membuka pasar baru.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap bahwa tarif impor 10 persen yang telah diberlakukan AS membuat pengiriman barang antar negara menurun. Sri Mulyani mengatakan Kementerian Keuangan telah melakukan analisa untuk mengidentifikasi komoditas yang memiliki nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) di atas satu sehingga tergolong kompetitif untuk diperdagangkan.
”Nanti akan kami sampaikan kepada Pak Menko untuk bisa kita bahas bersama apa yang bisa dilakukan untuk mendorong industri-industri nasional yang memang memiliki Comparative Advantage yang sangat kuat. Sehingga dia mampu menembus tidak hanya pasar di Amerika tapi juga ke pasar-pasar yang lain,” ujar Sri Mulyani.