Film Gowok: Kamasutra Jawa Angkat Dekonstruksi Patriarki dan Pendidikan Seks

9 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Gowok, sebuah tradisi kuno dari Jawa, menjadi pusat cerita dalam film terbaru Hanung Bramantyo bertajuk Gowok: Kamasutra Jawa. Tradisi ini, yang berkembang sejak abad ke-15, melibatkan seorang perempuan dewasa—disebut gowok—yang bertugas mengajarkan calon pengantin laki-laki tentang seni memuaskan pasangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lewat film ini, Hanung mencoba mendekonstruksi pandangan umum yang kerap menilai budaya Jawa dan Islam sebagai budaya yang sangat patriarkal. "Jawa itu sangat patriarkal. Apalagi Islam, sangat patriarkal. Tapi ternyata gowok mengubah banyak hal,” kata Hanung saat sesi diskusi film di XXI Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 8 Mei 2025.

Melalui film ini, Hanung membuka ruang diskusi baru tentang isu seksualitas, orgasme dan kepuasan perempuan, serta pendidikan seksual dalam konteks budaya, topik yang masih tabu dan jarang dibicarakan di Indonesia.

Dari Serat Centhini ke Layar Lebar

Hanung Bramantyo mengaku gagasan film ini terinspirasi dari Serat Centhini karya sastra Jawa yang membahas berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan seksual. Ketertarikannya pada gowok muncul saat ia tengah memproduksi film Habibie & Ainun. “Saya membaca sebuah artikel tentang gowok. Saya pikir gowok itu nama daerah, tapi ternyata itu adalah sebuah profesi. Bahkan saya sendiri sebagai orang Jawa baru tahu ada profesi itu,” ujar Hanung. 

Direktur PT Tempo Inti Media Tbk Budi Setyarso (kanan) bersama sutradara Hanung Bramantyo memberikan sambutan dalam sesi penayangan dan diskusi film Gowok: Kamasutra Jawa di XXI Plaza Senayan, Jakarta Pusat, 8 Mei 2025. Tempo/Martin Yogi

Suami dari aktris Zaskia Adya Mecca itu menambahkan bahwa yang paling menggugah untuknya adalah bagaimana profesi gowok mengajarkan seorang calon pengantin laki-laki untuk memahami seluk tubuh perempuan dan memberikan kepuasan orgasme bagi istri. “Jadi bukan perempuannya yang diminta untuk memuaskan laki-laki, tapi suaminya diajari bagaimana cara menstimulasi istrinya,” kata Hanung.

Film tentang Perempuan untuk Laki-Laki

Berjudul Gowok: Kamasutra Jawa dan menampilkan sosok perempuan sebagai pusat cerita, Hanung mengatakan bahwa film ini justru ditujukan untuk laki-laki. “Sosoknya perempuan, tapi sebenarnya ini adalah film untuk laki-laki,” ucapnya.

Produser sekaligus Komisaris Utama PT Tripar Multivision Plus Tbk (MVP) Raam Punjabi turut mendukung penuh proyek ini sejak awal Hanung mempresentasikannya. “Asal mulanya dari satu bait saja, waktu Hanung pitching ke saya, bahwa ini adalah cerita gowok. Saya pikir bukannya gowok itu buah? Cuma satu baris itu saja, saya bilang ini harus kita produksi,” kata Raam. Ia menekankan, industri film Tanah Air membutuhkan tema berbeda.

Tentang Film Gowok: Kamasutra Jawa

Gowok: Kamasutra Jawa akan tayang di bioskop Indonesia pada 5 Juni 2025. Sebelumnya, film ini lebih dulu berkompetisi di International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025. Film berdurasi 2 jam 4 menit ini mengikuti kisah Nyai Santi (Lola Amaria), seorang gowok legendaris, yang melatih Ratri (Raihaanun), anak angkatnya dalam seni memuaskan pasangan. 

Konflik memuncak ketika Ratri terlibat hubungan rumit dengan Kamanjaya (Reza Rahardian), dan bertahun-tahun kemudian harus melatih anak Kamanjaya sendiri. Dibumbui elemen drama thriller, film ini tak hanya menyuguhkan cerita, tapi juga membuka ruang diskusi mengenai seksualitas, patriarki, dan peran perempuan dalam budaya Indonesia.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |