Maruarar Sirait Klaim Presiden Prabowo Restui Danantara Dukung Program Perumahan

8 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait alias Ara mengklaim Presiden Prabowo Subianto merestui dukungan BPI Danantara untuk sektor perumahan. Ara berujar, dukungan tersebut disampaikan dalam pertemuan keduanya pada Kamis malam, 8 Mei 2025.

Ara kemudian menindaklanjutinya dengan mengadakan pertemuan bersama Ketua Satgas Perumahan Hashim Djojohadikusumo dan direksi Himpunan Bank Negara (Himbar) pada Jumat sore, 9 Mei 2025. “Beliau sangat memberi dukungan, makanya pertemuan hari ini terjadi. Bagaimana support Danantara, supaya bisa ada support pembiayaan yang besar,” kata Ara kepada wartawan usai pertemuan tersebut.

Ara mengatakan Prabowo punya prinsip berdiri di atas kaki sendiri. “Kalau ada investasi, itu sangat bagus. Tapi kita juga punya Danantara yang luar biasa,” ucap Politikus Partai Gerindra itu.

Akan tetapi, Ara tidak menyampaikan berapa investasi yang berpotensi dikucurkan Danantara untuk mendukung program perumahan. Ia mengatakan hal tersebut masih dalam perhitungan. Pihaknya juga akan mendiskusikannya lebih lanjut dengan masing-masing perbankan. “Kami mesti ajak ngomong satu-satu."

Kabar dukungan Danantar untuk program perumahan disampaikan setelah Ara sempat menceritakan kesulitannya mendapatkan investasi untuk merealisasikan program 3 juta rumah. Ia menyampaikan hal ini saat rapat bersama Komisi V DPR RI pada Rabu, 30 April 2025.

Saat itu, ia mengatakan sudah menjajaki peluang dengan sejumlah investor tetapi belum ada yang tertarik berinvestasi. “Kami berusaha tapi maaf belum sesuai harapan, belum ada yang berhasil, konkret belum. Saya apa adanya gitu,” kata Ara.

Adapun beberapa calon  investor yang sudah diajak berkomunikasi, yakni Ooredoo dari Qatar dan Standard Chartered dari Singapura. Dari semua pihak tersebut, kata Maruarar Sirait, belum ada kesepakatan konkret soal investasi pada program 3 juta rumah. Padahal, menurut dia, keberhasilan program 3 juta rumah bergantung pada investor.

Ekonom Bright Institute Awalil Rizky sebelumnya berpendapat persoalan yang disampaikan Ara tidak semata-mata disebabkan kondisi ketidakpastian perekonomian global. Ia berujar, melambatnya kondisi perekonomian dalam negeri turut menjadi faktor penghambat.

“Tampaknya, hal yang paling menentukan keputusan mereka (investor) untuk berinvestasi adalah soal daya beli masyarakat,” kata Awalil kepada Tempo, Senin, 5 Mei 2025.

Menurut Awalil, tingginya backlog perumahan di Indonesia bukan hal yang dihitung investor. Sebab, backlog tidak cukup hanya dilihat dari sisi penawaran atau rumah yang dibangun. Hal yang lebih penting adalah dari sisi permintaan.

“Permintaan ini menyangkut daya beli, bukan sekadar kebutuhan. Yang dihitung investor bukan butuhnya, tetapi permintaannya,” ungkap Awalil.

Sementara itu, Awalil menambahkan, saat ini daya beli masyarakat cenderung melemah. Salah satu penyebabnya adalah fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masih terjadi di sejumlah sektor indusrti.

Persoalan lainnya adalah melemahnya perekonomian nasional. Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2025 hanya menyentuh 4,87 persen year on year, sebagaimana diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini. Data ini menunjukan perlambatan bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2024 yang mencapai 5,02 persen year on year.

“Kalau pun mereka berinvestasi nantinya, mereka akan menghitung apakah daya beli itu terbantu kebijakan pemerintah. Misalnya, semacam subsidi atau apapun bentuknya, yang memadai agar harga bisa menjadi lebih terjangkau,” kata Awalil.

Nandito Putra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor:  Rumah Murah yang Ditunggu

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |