Jakarta (ANTARA) - Sepanjang Oktober 2025, langit malam akan dipenuhi beragam fenomena astronomi yang sayang untuk dilewatkan. Mulai dari hujan meteor hingga fase bulan purnama, deretan peristiwa ini bisa menjadi tontonan menarik, baik untuk penggemar astronomi maupun masyarakat umum.
Beberapa di antaranya bahkan dapat diamati langsung dengan mata telanjang, tanpa perlu bantuan teleskop atau teropong khusus. Meski begitu, penggunaan alat bantu tentu akan membuat pengalaman menyaksikannya lebih jelas dan menakjubkan.
Fenomena-fenomena ini bisa terlihat dari berbagai wilayah, asalkan kondisi mendukung, seperti langit cerah dan minim polusi cahaya. Berikut rangkuman jadwal peristiwa astronomi yang akan berlangsung sepanjang Oktober 2025, berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
Baca juga: BRIN: Akan ada parade planet, gerhana, hingga hujan meteor di 2025
Daftar fenomena astronomi di Oktober 2025
1. Galaksi Andromeda dan Ceres - 2 Oktober
Pada 2 Oktober 2025, langit malam akan menampilkan dua objek menarik sekaligus. Galaksi Andromeda, atau Messier 31 (M31), mencapai posisi tertinggi di langit sekitar tengah malam. Di lokasi dengan langit gelap, galaksi ini bisa terlihat dengan mata telanjang, meski akan tampak lebih jelas bila menggunakan teropong atau teleskop.
Pada malam yang sama, planet katai Ceres juga berada dalam oposisi dengan Matahari sehingga mencapai kecerahan maksimal-nya. Keduanya sama-sama berada di titik terbaik untuk diamati menjelang tengah malam, menjadikan malam ini kesempatan emas untuk menyaksikan fenomena kosmik ganda.
2. Bulan Purnama Hunter’s Moon – 7 Oktober 2025
Bulan akan mencapai fase purnama pada 7 Oktober 2025, yang dikenal sebagai Hunter’s Moon. Pada momen ini, wajah Bulan tampak bulat penuh dan bersinar terang, menjadikannya waktu yang ideal untuk sekadar menikmati keindahan Bulan, baik dengan mata telanjang maupun bantuan teleskop sederhana. Namun, sinar Bulan yang sangat terang bisa sedikit mengganggu visibilitas fenomena langit lain, seperti hujan meteor di sekitarnya.
Baca juga: Dampak Gerhana Bulan Total pada kehidupan di Bumi
3. Hujan Meteor Draconid – 8 Oktober 2025
Sehari setelah Bulan purnama, giliran hujan meteor Draconid yang memuncak pada 8 Oktober 2025. Meteor ini tampak berasal dari rasi Draco yang berada di langit utara. Puncaknya berlangsung singkat namun bisa cukup intens. Fenomena ini lebih mudah diamati dari belahan Bumi utara, tetapi wilayah Indonesia tetap berpeluang untuk melihatnya asalkan cuaca cerah dan langit minim polusi cahaya.
4. Hujan Meteor Taurid Selatan – 10 Oktober 2025
Pada 10 Oktober, hujan meteor Taurid Selatan akan mencapai puncaknya. Fenomena ini terkenal karena meteor-meteor-nya bergerak lambat dengan kilatan cahaya yang terang. Meski jumlah meteor per jam tidak terlalu banyak, Taurid Selatan sering menghasilkan bola api (fireball) berukuran besar, yang membuatnya selalu menarik untuk diamati.
5. Hujan Meteor Delta Aurigid – 11 Oktober 2025
Malam berikutnya, 11 Oktober 2025, hujan meteor Delta Aurigid akan menghiasi langit. Meteor ini tampak berasal dari rasi Auriga. Intensitas-nya tergolong rendah hingga sedang, namun tetap menjadi tontonan yang layak dinikmati, terutama bila langit cerah tanpa cahaya buatan.
6. Hujan Meteor Epsilon Geminid – 18 Oktober 2025
Memasuki pertengahan bulan, hujan meteor Epsilon Geminid akan memuncak pada 18 Oktober 2025. Meteor ini berasal dari rasi Gemini yang relatif mudah ditemukan di langit malam. Fenomena ini bisa diamati mulai tengah malam hingga fajar, dan karena cahaya Bulan belum terlalu terang saat itu, pengamatan akan lebih maksimal.
Baca juga: Kilatan Gunung Guntur & Papandayan, BPBD: Itu hanya fenomena alam
7. Hujan Meteor Orionid – 21 Oktober 2025
Salah satu hujan meteor paling populer, Orionid, akan mencapai puncaknya pada 21 Oktober 2025. Meteor ini merupakan sisa debu dari komet legendaris Halley. Orionid dikenal cukup aktif dengan puluhan meteor per jam, memancar dari arah rasi Orion yang posisinya mudah dikenali.
8. Merkurius pada Elongasi Timur Terbesar – 29 Oktober 2025
Menutup rangkaian fenomena langit Oktober 2025, Merkurius mencapai elongasi timur terbesarnya pada 29 Oktober. Ini adalah waktu terbaik untuk melihat planet terkecil di Tata Surya tersebut, yang bisa diamati di langit barat sesaat setelah Matahari terbenam.
Fenomena-fenomena langit di Oktober 2025 ini kembali mengingatkan kita betapa dinamis-nya jagat raya. Dari galaksi jauh hingga hujan meteor, setiap peristiwa memberi kesempatan untuk merenungkan luasnya semesta dan menikmati keindahan malam dengan cara yang sederhana namun penuh makna.
Baca juga: Apa itu Gerhana Bulan dan berapa kali terjadi dalam setahun?
Baca juga: Fenomena Bediding landa dataran tinggi di Jambi, suhu 18,2 derajat
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.