F1 2025: Alasan Max Verstappen Jauh Ungguli Rekan Setimnya

12 hours ago 1

GOOTO.COM, Jakarta - Mantan pembalap Red Bull Daniil Kvyat mengungkapkan pendapat di balik perbedaan kualitas antara Max Verstappen dengan beberapa rekan setimnya.

Iklan

Verstappen sendiri tampil cukup konsisten, termasuk dengan mengamankan dua kemenangan sepanjang musim ini bergulir, yakni pada Formula 1 Jepang dan Grand Prix Emilia Romagna.

Namun, torehan positif tersebut tidak cukup mampu membawa Red Bull berbicara banyak di klasemen konstruktor F1. Hal itu dikarenakan Red Bull tidak memiliki pembalap lain dengan kualitas serupa, sebut saja seperti Liam Lawson yang hanya tampil sebanyak dua kali musim ini, dan Yuki Tsunoda sebagai pengganti hanya mampu finis di urutan ke-10 pada Grand Prix Emilia Romagna.

“Ini sulit, mereka adalah timnya, mereka tahu apa yang terbaik untuk mereka. Tapi tentu saja, mereka punya satu bagian tim yang terlihat sangat sempurna (Verstappen), mereka bekerja sangat baik. Tapi bagian lainnya terlihat agak lebih berantakan,” ucapnya dilansir dari laman resmi F1.

Menurut Kvyat, mobil yang digunakan pada balapan F1 memiliki tatanan yang kompleks dan detail, mulai dari suhu ban, ruang kerja ban, jendela aerodinamika, setup, dan masih banyak lagi.

Kesesuaian antara kinerja komponen akan membentuk suatu puzzle, apabila satu potongan saja hilang, akan berakibat fatal terhadap performa kendaraan atau bahkan membuatnya menjadi katastrofe.

“Kamu bisa jadi pembalap bagus, tapi kalau kamu tidak bisa menempatkan mobil dan ban dalam performanya, kamu bisa kehilangan setengah detik. Itu hal yang normal, dan itu juga salah satu hal yang harus saya pelajari di tahun-tahun pertama saya di F1,” jelas Kvyat.

“Ini proses yang sangat menarik, tapi jika kamu tersesat di dalamnya, itu bisa benar-benar menghancurkan peluangmu,” tambahnya.

Meski begitu, Kvyat menilai bahwa mobil Red Bull sebenarnya memiliki kecepatan tinggi dan mampu menandingi performa dari mobil yang dimiliki oleh McLaren sebagai pemimpin klasemen tim sementara.

Hanya saja, pengguna membutuhkan lebih banyak pengalaman bersama mobil guna mengetahui titik performa yang perlu disesuaikan.

“Saya pikir, ketika Red Bull berada di jendela performa itu, mereka selevel dengan McLaren,” ujar Kvyat.

“Yang saya tahu adalah, itu adalah mobil yang cepat ketika kamu berhasil membuatnya bekerja, dan kenapa mereka tidak bisa membuatnya bekerja, itu pertanyaan lainnya,” tutupnya.

RIFQI DHEVA ZA’IM | ERWAN HARTAWAN

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |