Cina Selamatkan Satelit Lewat Kalkulasi Gaya Gravitasi Bumi-Bulan-Matahari

6 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 15 Maret 2024 lalu, pukul 20.15 waktu Beijing, roket Cina Long March-2C meluncur membawa serta dua satelit navigasi luar angkasa. Peluncuran berjalan mulus dari akselerasi roket, tahap pertama (lepasnya roket terbesar), sampai tahap kedua (lepasnya roket kedua).

Namun, masalah teknis muncul di bagian roket terakhir yang sejatinya mengantar muatannya itu ke orbit yang dituju. Jadilah kedua satelit, DRO-A dan DRO-B, tak sampai di orbitnya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tim peneliti dari Technology and Engineering Center for Space Utilization (CSU), yang memimpin misi, telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk usahanya menyelamatkan dua satelit yang 'tergantung' itu. Termasuk usaha membuatnya jatuh kembali bumi dan terbakar di atmosfer.

Livescience mengutip berita dari CGTN pada 17 dan 20 April lalu yang mengabarkan kalau kedua satelit akhirnya bisa diselamatkan setelah tim bekerja keras selama 123 hari berusaha menggunakan manuver ketapel gravitasional. Sederhananya, para insinyur menggunakan gaya gravitasi bumi, bulan, dan matahari untuk memandu kedua satelit mengarah ke orbit mereka yang seharusnya.

Usaha itu berbuah penyelamatan misi satelit dan mendemonstrasikan sebuah manuver yang bisa menjadi game-changer untuk navigasi di pedalaman antariksa ke depannya. Misi penyelamatan itu juga menyorot teknologi mutakhir yang dilibatkan--karena satelit-satelit itu adalah bagian dari konstelasi yang akan memampukan piloting pesawat luar angkasa secara otonom jauh di luar orbit bumi. 

Sebelumnya, tim insinyur peluncuran dikejutkan oleh korsleting yang menyebabkan kedua satelit tak sampai ke titik orbitnya. Posisinya masih jauh lebih dekat ke bumi daripada titik orbit yang ditujunya itu. Satelit juga didapati melintir tak terkendali.

Kondisi satelit juga terpengaruh karena kejadian itu. Mereka tak bisa menyerap sinar matahari untuk memberi tenaga menjalani manuver mengoreksi orbit. 

Zhang Hao, ketua tim peneliti dalam misi penyelamatan, mengaku tak mengira bakal terjadi masalah dalam peluncuran. Meski begitu, dia menambahkan, tim merasa beruntung karena satelit tak sampai hancur.

Zhang Hao mengungkap segera membagi timnya menjadi dua. Satu mengendalikan dari jarak jauh mesin roket satelit-satelit itu untuk menahannya tak terus terpelintir. "Tim yang kedua, tim saya, mengkalkulasi rute terbaik untuk memindahkan satelit-satelit itu kembali ke jalurnya menuju orbit yang benar."

Kini, DRO-A dan DRO-B telah bergabung dengan DRO-L yang sudah ada di orbit lewat peluncuran terdahulu. Ketiganya membangun konstelasi yang akan menyediakan layanan navigasi untuk pesawat luar angkasa dalam radius 100 juta kilometer di antara bumi dan bulan.

"Konstelasi satelit-satelit ini akan memungkinkan pengendali di bumi menentukan lokasi sebuah pesawat antariksa hanya dalam tiga jam," kata Mao Xinyuan, peneliti di CSU. Tiga jam adalah waktu yang sangat cepat dibandingkan saat ini yang butuh 2-3 hari. "Konstelasi satelit ini menjadi bak mercusuar di luar angkasa."

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |