BRIN Ingin Kembangkan Riset Antariksa Berskala Global

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Antariksa (PRA) dan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) berkomitmen mengembangkan riset antariksa berskala global. Komitmen ini diwujudkan dengan mengembangkan infrastruktur riset, pemanfaatan data internasional, serta menjajaki kolaborasi strategis, termasuk dengan National Aeronautics and Space Administration (NASA).

“Kami menyambut baik kunjungan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Pusat Riset Antariksa (PRA), mengingat kami memiliki hubungan erat dengan NASA. Banyak periset kami yang menggunakan data dari NASA untuk mendukung riset Antariksa,” kata Emanuel Sungging Mumpuni, Kepala PRA, saat menerima kunjungan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Samaun Samadikun, Bandung, dikutip Senin, 28 April 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam keterangan tertulisnya, Emanuel menjelaskan PRA memiliki empat Kelompok Riset, yaitu Kelompok Riset Matahari dan Aktivitasnya, Kelompok Riset Ionosfer dan Propagasi Gelombang Radio, Kelompok Riset Astronomi dan Observatorium, serta Kelompok Riset Dinamika Lingkungan Antariksa.

Peneliti Ahli Madya PRA Tiar Dani menjelaskan bahwa pusat risetnya menggunakan data aktivitas badai matahari dari NASA. “Kami berharap, melalui kunjungan ini, kami dapat memperoleh data secara berkelanjutan untuk mendukung riset aktivitas badai matahari,” tutur Tiar.

Ketua Kelompok Riset Matahari dan Aktivitasnya Johan Muhamad juga menambahkan bahwa riset yang mereka lakukan berfokus pada aktivitas matahari, cuaca antariksa, dan fisika matahari. “Kami memerlukan data matahari sebagai pembanding untuk mendukung pendekatan fisika dalam riset kami,” ucap Johan.

Selain itu, Peneliti Ahli Utama PRA Thomas Djamaluddin menjelaskan pentingnya Observatorium Nasional (Obnas) yang sedang dibangun di Timau, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai infrastruktur riset BRIN. “BRIN saat ini tengah membangun Obnas Timau di Gunung Timau, Kupang, NTT. Observatorium ini akan dilengkapi dengan teleskop berukuran 3,8 meter yang merupakan teleskop terbesar di Asia Tenggara,” ujarnya.

Thomas berharap keberadaan Obnas Timau dapat menarik minat generasi muda, khususnya masyarakat lokal Timau, untuk mempelajari astronomi. “Kami berharap keberadaan Obnas Timau dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat lokal untuk mempelajari fenomena astronomi dan fisika.”

Sungging dan Thomas berharap adanya kunjungan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat itu bisa membuka peluang kolaborasi riset dengan NASA dan menjadi jembatan bagi periset serta masyarakat sekitar Observatorium Timau untuk melanjutkan pendidikan di bidang astronomi, fisika, dan antariksa di universitas-universitas di Amerika Serikat.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |