Amnesty Catat 18 Orang Masih Ditahan Seusai Demo Hari Buruh di Semarang

12 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Amnesty International Indonesia mencatat 18 orang peserta aksi Hari Buruh Sedunia di Semarang ditangkap pada Kamis malam, 1 Mei 2025. Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan, selain penangkapan, mahasiswa yang mengikuti aksi tersebut juga mengalami kekerasan hingga dilarikan ke rumah sakit.

"Motor-motor peserta aksi dihilangkan yang kami duga tindakan dari aparat kepolisian di lokasi aksi," kata Usman dalam keterangannya kepada Tempo, Jumat, 2 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peringatan Hari Buruh Sedunia yang digelar di depan kantor Gubernur Jawa Tengah kemarin berakhir ricuh. Usman mengatakan, ratusan anggota polisi maelakukan pengepungan di kampus Universitas Diponegoro atau Undip. “Di dalamnya terdapat 400 an mahasiswa yang sedang mengamankan diri yang membutuhkan bantuan logistik akibat dari kejar-kejaran oleh aparat kepolisian,” kata dia.

Tempo masih berupaya menghubungi kantor Lembaga Bantuan Hukum Semarang untuk pembaharuan data mahasiswa dan aktivis yang ditangkap oleh pihak kepolisian. Melalui Instagram, LBH Semarang menyebut, hingga pukul 04.00 WIB pagi, 14 peserta aksi masih ditahan di Polrestabes Semarang dan menjalani proses pemeriksaan. “Meski sempat dilarang masuk untuk memberikan bantuan hukum. Tim advokasi berhasil masuk dan mendampingi,” tulis keterangan LBH Semarang pada Jumat, 2 Mei 2025.

Peringatan Hari Buruh di depan kompleks Kantor Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah diwarnai kericuhan. Massa merusak pagar kemudian dibalas tembakkan gas air mata dan water cannon.

Aksi mulai memanas ketika massa membakar alat peraga unjuk rasa yang mereka bawa dan merobohkan pagar di median jalan tersebut. Sejumlah polisi membawa perisai kemudian mendatangi lokasi pembakaran itu.

Kapolrestabes Semarang Kombes . M. Syahduddi mengatakan ada kelompok yang menyusup dan memprovokasi dengan membakar ban hingga melempari petugas dengan batu dan botol. Polisi, lalu membubarkan aksi yang masuk dalam kategori anarkistis itu.

Syahduddi mengatakan sejumlah provokator itu ditangkap dan diduga merupakan kelompok Anarko dan mahasiswa  "Untuk jumlah pasti yang diamankan masih kami data dan mintai keterangan," katanya. Ia menjelaskan aksi buruh yang digelar sejak pagi hingga sore berlangsung lancar dan damai.

Represifitas Terhadap Jurnalis

Dalam aksi yang berujung ricuh di Semarang itu, jurnalis Tempo Jamal Abdun Nashr diduga mengalami pemukulan oleh aparat kepolisian.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen  atau AJI Kota Semarang, Jawa Tengah, Aris Mulyawan menyebutkan polisi memiting, menyeret, dan menampar Jamal. Menurut dia, Jamal telah menunjukkan kartu identitas pers dan menjelaskan bahwa ia sedang menjalankan tugas jurnalistik. “Polisi tetap memukuli Jamal berkali-kali. Kekerasan berlangsung dua kali yakni sore dan malam hari,” kata Aris saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis, 1 Mei 2025. 

Selain Jamal, seorang pimpinan redaksi pers mahasiswa, DS juga diduga dipukuli orang berpakaian sipil, yang mengakibatkan luka robek di wajah hingga harus mendapatkan jahitan. DS dipukul saat merekam kekerasan polisi terhadap demonstran menggunakan ponsel.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |