TEMPO.CO, Jakarta - Perdebatan publik di media sosial terkait ijazah mantan Presiden Joko Widodo semakin panas setelah Dian Sandi Utama, kader Partai Solidaritas Indonesia asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, mengunggah foto di aplikasi X yang disebutnya sebagai ijazah asli Jokowi.
"Buat yang ributin fotocopy ijazah pak @jokowi yang saya upload pada utas. Biar kalian tenang lebarannya ini saya upload yang asli," begitu bunyi unggahan Dian pada akun X-nya, 1 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Unggahan yang disertai foto ijazah berwarna Jokowi itu sontak menuai perdebatan nitizen. Ada 56 ribu view dan ribuan komentar pro dan kontra. Postingan itu juga membawa Dian terlibat dalam perdebatan di sebuah podcast bersama Roy Suryo dan Rismon Sianipar --dua tokoh yang berkali-kali meragukan keaslian ijazah S1 Jokowi.
Melalui saluran telepon, Selasa sore, 6 Mei 2025, Tempo mewawancarai Dian Sandi Utama perihal unggahannya yang memantik perdebatan publik.
Menurut Dian, foto berwarna ijazah Jokowi yang ia unggah adalah bagian utas tentang keyakinannya pada keaslian ijazah Jokowi. Keyakinan itu bermula dari obrolannya dengan Andi Pramaria, yang mengaku sebagai rekan seangkatan Jokowi di Kehutanan UGM.
Menurut Sandi dia pernah bekerja bareng Andi sekitar tahun 2018-2023, saat menjadi tenaga kontrak di Pemerintah Provinsi NTB era Gubernur Zulkieflimansyah. Andi saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Kehutanan NTB. "Pak Andi bercerita kuliah bareng Jokowi, dia mengirimkan foto-foto zaman kuliah mereka," kata Sandi, "foto di kelas, di kampus, termasuk foto wisuda."
Pilihan mengunggah cerita Andi Pramaria menurut Sandi lantaran dia prihatin atas perdebatan yang tak sehat di medsos. "Yang membahasnya para ilmuwan, tapi perdebatannya tidak berwibawa," katanya.
Postingan para penggugat ijazah Jokowi seperti Roy Suryo dan kawan-kawan, menurut Sandi telah membuat nitizen tak terkendali, terlebih dengan munculnya klaim temuan-temuan menggunakan beragam aplikasi.
"Itu membuat nitizen jadi mudah percaya bahwa ini memang benar palsu, ini yang membuat saya termotivasi untuk tampil," katanya.
"Kalau sekarang kita berkesimpulan itu palsu berdasarkan hasil software-sofware itu, atas dasar aplikasi, lalu bagaimana kita melihat persoalan sejarah?" katanya.
Sandi menyebut keyakinannya pada ijazah Jokowi berdasarkan pendekatan sejarah. Untuk memastikan pendiriannya, dia mengklaim tak hanya mendengar pendapat Andi Pramaria, tapi dia juga mencari sumber lain, termasuk mendatangi sumber-sumber sejarah di UGM.
"Pak Rismon membantah keaslian ijazah itu dari sisi digital forensik, sementara Roy Suryo dari sisi telematika, kalau saya masih pada pendekatan sejarah," katanya. "Saya bertemu bukan hanya dengan satu orang, bukan cuma dengan Pak Andi, tapi teman-temannya yang lain. Saya ke UGM untuk mengumpulkan data dan bukti, sampai saya bisa menyimpulkan Pak Jokowi itu masuk UGM 1980 dan wisuda 1985."
Unggahan foto ijazah Jokowi di X oleh Dian Sandi Utama, 1 April 2025. Ia mengklaim itu foto ijazah asli. (X/@DianSandiU)
Asal Usul Foto Ijazah
Tentang dari mana foto ijazah Jokowi diperoleh, Sandi memilih tak membuka sumbernya. Menurut dia, foto yang sama dengan unggahannya, pernah ditampilkan UGM tahun 2022 dalam acara reuni angkatan Jokowi.
Menurut Sandi waktu itu semua alumni yang hadir membawa ijazah masing-masing. Karena berhalangan hadir, ijazah Jokowi ditampilkan di proyektor untuk menandakan kehadirannya. "Yang ditampilkan di proyektor itu, sama dengan yang saya tampilkan di X. Bukan foto baru atau dari sumber yang berbeda," katanya.
Perihal keberadaanya sebagai kader PSI, Sandi membantah apa yang dilakukannya lantaran ada perintah Ketua Umum PSI Kaesang yang juga anak Jokowi. Dia mengatakan, semua itu berangkat dari keprihatinan semata. "Saya ini orang yang mendukung Jokowi dari 2014, 2019, saya ini tim sukses, relawan, pendukung," katanya.
Belakangan postingan Sandi di X masih terus memancing perdebatan publik. Postingan itu sempat mempertemukan dia dalam sebuah podcast bersama Roy Suryo dan Rismon
"Saya bertemu dalam podcast diskursus.net, nama acaranya open minded, saya dipertemukan di situ, ada Rismon dan Roy Suryo," kata Sandi.
"Kita menghargai keilmuan para pakar itu, tapi ada sisi sejarah yang tidak bisa kita hilangkan, sebagai pendekatan, sebagai ilmunya. Kalau sekarang kita serahkan keaslian ijazah itu hanya karena faktor-faktor saintifik, berdasarkan software tadi itu, bagaimana nasib orang-orang yang siap bersaksi sampai puluhan orang itu?" katanya.