Unpad soal Dugaan Kekerasan di PPDS: Mengajarkan Disiplin Mungkin Tidak Menyenangkan

11 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Padjadjaran menyebut praktik pendisiplinan dalam pendidikan dokter spesialis bukan bentuk kekerasan, selama masih berhubungan dengan pengembangan karakter. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Rossie Hinduan, meminta publik membedakan antara pembinaan dan perundungan.

“Mengajarkan disiplin itu bisa jadi bukan yang menyenangkan,” kata Rossie kepada Tempo saat dihubungi melalui sambungan telepon Kamis, 17 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rossie menjelaskan, profesi dokter menuntut ketegasan dalam mengambil keputusan dalam waktu sangat singkat, terutama dalam situasi darurat. Oleh karena itu, karakter seperti ketangguhan, keberanian, dan kepekaan harus dibentuk selama pendidikan. “Obgyn misalnya, dalam 30 detik harus bisa putuskan apakah akan selamatkan ibu atau bayi,” ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa sebagian metode pendidikan yang dianggap keras mungkin berasal dari warisan sistem lama. “Bisa jadi caranya masih cara yang misalnya ketat dan lain sebagainya, yang mungkin sekarang dipersepsi sebagai bully (perundungan),” kata Rossie.

Dia juga menyoroti pergeseran pola asuh dan persepsi generasi muda terhadap tekanan. Khususnya, kata dia, soal pola perilaku generasi Z atau Gen-Z yang menilai bentuk pendisiplinan sebagai perundungan.

Namun, Rossie memastikan bahwa praktik kekerasan yang tidak relevan dengan pengembangan karakter sudah dieliminasi. “Yang benar-benar tidak ada kaitannya dengan attitude, itu dihapus,” katanya. Ia menegaskan bahwa Unpad terus mengevaluasi pendekatan pendidikan agar tetap relevan dan tidak melanggar batas etis.

Salah satu narasumber Tempo, mahasiswa semester 8 PPDS Anestesi Unpad, menyebut pernah bekerja hingga 48 jam tanpa tidur. Rossie tak membantah adanya beban kerja tinggi, namun merujuk data internal bahwa rata-rata kerja harian mahasiswa 13 jam. “Itu masih memenuhi maksimal 80 jam per minggu,” ujarnya.

Ia juga mengakui adanya laporan tentang disfungsi pembagian tugas medis di rumah sakit. Mahasiswa disebut menjalankan tugas yang semestinya dilakukan perawat atau tenaga profesional lain. Ia menyatakan kampus telah menindaklanjuti laporan itu ke rumah sakit. “Kami dari masukan mahasiswa yang dikirim ke email akan sampaikan, karena ini momentum untuk pembenahan."

Menurut Rossie, Unpad rutin berkoordinasi dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) dan mitra jejaring lain seperti RS Mata Cicendo. Namun, ia menolak membuka hasil audit internal ke publik.

Selain menerima laporan, Unpad kini sedang mengevaluasi total kurikulum dan sistem pendidikan PPDS, termasuk celah struktural yang memungkinkan terjadinya pembulian dan kekerasan sistemik selama pendidikan. “Kami mau melihat celah mana orang bisa melakukan (pelanggaran),” katanya.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |