TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menuding pasukan Tentara Nasional Indonesia menggunakan pesawat nirawak atau drone untuk menyerang kampung dan area yang dianggap menjadi basis milisi TPNPB. Juru bicara markas pusat TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan pesawat nirawak itu diterbangkan oleh TNI-Polri ketika melakukan operasi militer di Distrik Sugapa, Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah dan di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Pegunungan.
"Bukan cuma untuk pengintaian, tapi untuk menjatuhkan granat," kata Sebby melalui pesan WhatsApp, Rabu, 28 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebby menunjukan salah satu dokumentasi granat yang ditemukan oleh kelompoknya kepada Tempo. Granat itu ditemukan jatuh di ranting pohon saat terjadi kontak senjata antara milisi TPNPB dan pasukan TNI-Polri di Ilaga, Sabtu pekan lalu. Tapi granat itu tidak sempat meledak.
"Mungkin karena pin pemicu gagal dilepaskan di udara," kata Sebby.
Kontak senjata antara pasukan TNI-Polri dengan TPNPB-OPM kembali terjadi di Distrik Ilaga, Sabtu, 24 Mei lalu. Sepekan sebelumnya, kedua pihak jika terlibat kontak senjata di Distrik Sugapa. TNI mengklaim pasukan Satuan Tugas Habema melumpiuhkan 18 orang milisi TPNPB-OPM di Sugapa.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Kristomei Sianturi tak menampik penggunaan drone dalam operasi pengamanan TNI di Papua. Ia mengatakan pesawat nirawak yang digunakan oleh TNI hanya ditujukan untuk melakukan operasi pengintaian, bukan sebagai alutsista pendukung yang digunakan dalam pertempuran.
"Karena medan yang sulit dicapai makanya digunakan drone untuk mengintai," kata Kristomei.
Mantan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat itu mencontohkan, saat operasi pengamanan di Distrik Sugapa yang dilancarkan Satuan Tugas Habema, prajurit menerbangkan drone untuk memastikan posisi milisi TPNPB-OPM. Alasannya, kata dia, jika pengintaian dilakukan secara konvensional atau langsung, risiko kontak senjata dan milisi TPNPB yang melarikan diri akan lebih besar.
"Dilakukan juga untuk memetakan jalur pelarian mereka akan ke mana. Agar lebih efisien dan aman, makanya menggunakan drone," ujar Kristomei.
Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz Polri Brigadir Jenderal Faizal Ramadhani mengatakan kontak tembak yang terjadi dipicu oleh adanya suara tembakan di dua titik berbeda di dekat Bandara Aminggaru Ilaga. Kemudian, kata Faizal, tim Belukar dan Delta Satgas Damai Cartenz menuju arah suara dalam rangka mengamankan penerbangan Bupati dan aktivitas warga di sekitar. "(Penggunaan bahan peledak) Itu mengada-ada," kata Faizal.