Siapa Kandidat Terkuat di Pilpres Korea Selatan?

1 day ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Rakyat Korea Selatan akan memilih presiden baru setelah krisis konstitusional terburuk yang dialami negara itu dalam beberapa dekade. Pemilihan presiden akan berangsung pada 3 Juni 2025 untuk mencari pengganti Yoon Suk Yeol yang digulingkan setelah menerapkan darrurat militer.

Kekosongan kepemimpinan sejak akhir tahun lalu telah menghancurkan kepercayaan di kalangan konsumen dan bisnis. Kekacauan ini menyebabkan ekonomi Korea Selatan melambat bersamaan dengan penerapan tarif perdagangan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemungutan suara dadakan dilakukan setelah Yoon dicopot dari jabatannya pada 4 April 2025 karena melanggar konstitusi. Ia dicopot setelah menjabat sebagai presiden Korea Selatan selama kurang dari tiga tahun. Berdasarkan hukum Korea Selatan, pemilihan umum harus diadakan dalam waktu 60 hari sejak presiden dicopot.

Kandidat Utama Capres Korea Selatan 

Dilansir dari Channel News Asia, warga Korea Selatan memilih satu kandidat. Presiden baru terpilih akan menjabat satu kali selama lima tahun. 

Dua kandidat utama yang bersaing untuk menjadi presiden adalah Lee Jae-myung yang condong ke kiri, mantan ketua oposisi utama Partai Demokrat. Kandidat lainnya adalah Kim Moon-soo yang berhaluan kanan dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP). 
Meskipun karier politik mereka telah membawa mereka ke arah yang berbeda, keduanya adalah mantan aktivis buruh. Kim dipenjara karena memimpin gerakan pro-demokrasi pada 1980-an ketika Korea Selatan masih diperintah oleh militer.

Lee, 60 tahun, kalah tipis dari Yoon dalam pemilihan presiden terakhir tahun 2022. Ia menguasai mayoritas suara di parlemen yang digunakan untuk menggagalkan agenda kebijakan Yoon. Ia kemudian memimpin kampanye pemakzulan untuk menggulingkan Yoon setelah kegagalan darurat militer. 

Setelah Yoon digulingkan, Kim, 73 tahun, memperoleh dukungan dari anggota PPP untuk maju sebagai kandidat, alih-alih pilihan pimpinan yang lebih beraliran tengah. Kim dipuji oleh beberapa kaum konservatif karena menentang pemakzulan Yoon. Namun ia perlu menarik dukungan di luar dukungan inti partai jika ingin membangun momentum untuk kampanye yang sukses. PPP, yang telah berjuang untuk memperluas basis dukungannya, baru-baru ini melihat dukungannya bertambah setelah debat TV pertama para kandidat dan keluarnya Yoon dari partai.

Di antara kandidat lain dalam pemilihan tersebut adalah Lee Jun-seok yang berusia 40 tahun. Ia adalah mantan pemimpin PPP yang sekarang mencalonkan diri untuk Partai Reformasi, sebuah partai sayap kanan yang baru saja dibentuk. Lee Jun-seok dapat menjadi pengganggu dengan memecah belah kaum konservatif. Ia mengambil garis yang jauh lebih kritis terhadap darurat militer Yoon. Ia sejauh ini menolak bergabung dengan aliansi dengan Kim.

Lee mendapat dukungan sekitar 49 persen responden dalam jajak pendapat Gallup Korea, dibandingkan dengan 35 persen yang mendukung Kim.

Jika Lee Jun-seok atau Kim dari Partai Reformasi mengundurkan diri dari persaingan, kandidat konservatif lainnya yang tersisa dapat menyamai atau bahkan  memenangkan pemilihan jika memperoleh dukungan dari pesaing mereka yang mengundurkan diri. Kedua politisi konservatif sejauh ini bersikeras tidak akan mengundurkan diri. 

Pilihan editor: Top 3 Dunia: Dokter Palestina Susul 9 Anaknya yang Tewas di Gaza

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |