TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu lokasi sekolah rakyat yang diperuntukkan bagi siswa penyandang disabilitas adalah Sentra Mahatmiya di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Sekolah Rakyat Sentra Mahatmiya merupakan salah satu proyek percontohan yang dirancang untuk membuka akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin, termasuk penyandang disabilitas netra.
Adapun tingkat pendidikan yang diusulkan adalah di tingkat SMP. Dengan konsep asrama, sekolah ini tidak hanya menjamin akses pendidikan, tetapi juga mencakup layanan kesehatan, pelatihan keterampilan, dan lingkungan belajar yang berkualitas.
"Pendidikan adalah hak semua warga negara, dan negara hadir untuk memastikan akses tersebut tersedia secara adil, termasuk bagi saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus," ujar Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Diana Kusumastuti saat meninjau ruang kelas dan fasilitas asrama siswa, seperti yang dikutip dari situs Kementerian Pekerjaan Umum, Sabtu 2 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sentra Mahatmia merupakan bentuk sinergi antar instansi, khususnya dengan Kementerian Sosial selaku pengelola Sentra Mahatmiya. Kerja sama lintas sektor ini penting untuk mewujudkan lingkungan pendidikan yang menyatu dengan fungsi rehabilitasi sosial.
Selain fungsi pendidikan, Sentra Mahatmiya juga berperan dalam memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar 3 pendidikan, yaitu pendidikan fisik, mental, dan sosial. Sentra Mahatmiya juga memberikan pelatihan keterampilan, resosialisasi, dan bimbingan lanjut bagi penyandang disabilitas sensorik netra.
Sekretaris Direktur Jenderal Prasarana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum, Essy Asiah menjelaskan, Sentra Mahatmiya Tabanan berdiri di atas lahan seluas 6.235 meter persegi, dengan luas bangunan 4.025 meter persegi. Direncanakan, bangunan sekolah rakyat terdiri dari 2 ruang kelas dengan jumlah siswa per kelas sebanyak 25 orang.
Fasilitas utama meliputi ruang kelas, ruang guru, asrama putra dan putri, toilet umum, ruang makan, gedung keagamaan dan kesehatan, perpustakaan, rumah dinas, hingga tempat ibadah dan lapangan upacara, kata Essy.
Essy menambahkan, saat ini sejumlah bangunan eksisting tengah dalam tahap rehabilitasi. Lingkup pekerjaannya meliputi penggantian plafon, pengecatan dinding, perbaikan kusen pintu dan jendela, serta pembenahan infrastruktur sanitasi dan aksesibilitas.