8000hoki.com List Login website Slots Gacor Indonesia Terkini Pasti Win Full Online
hokikilat Data ID situs Slot Maxwin Japan Terkini Mudah Lancar Jackpot Setiap Hari
1000hoki.com ID situs Slots Maxwin China Terpercaya Mudah Win Full Non Stop
5000hoki Situs situs Slot Maxwin Myanmar Terbaik Pasti Jackpot Setiap Hari
7000hoki.com List Agen website Slots Maxwin Philippines Terpercaya Sering Win Full Non Stop
9000 Hoki Online List Daftar web Slots Maxwin Japan Terbaru Sering Lancar Menang Full Terus
List Akun games Slot Maxwin server Indonesia Terkini Gampang Jackpot Non Stop
Idagent138 Daftar Slot Gacor Terpercaya
Luckygaming138 Daftar Id Slot Gacor Terbaik
Adugaming Akun Slot Anti Rungkat Terbaik
kiss69 Daftar Akun Slot Game Terbaik
Agent188 login Slot Anti Rungkad Terpercaya
Moto128 Daftar Id Slot Anti Rungkat Online
Betplay138 Daftar Akun Slot Terpercaya
Letsbet77 Id Slot Terpercaya
Portbet88 Id Slot Anti Rungkat Online
Jfgaming168 Slot Game Online
MasterGaming138 login Akun Slot Anti Rungkat Terpercaya
Adagaming168 Id Slot Anti Rungkat
Kingbet189 login Id Slot Maxwin Terbaik
Summer138 Daftar Slot Anti Rungkad Terbaik
Evorabid77 login Id Slot Gacor
bancibet Slot Game Terbaik
adagaming168 Slot Game Online
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bukit Asam Arsal Ismail mengatakan masih berupaya mencari calon investor untuk proyek gasifikasi batu bara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Dia mengatakan telah menjajaki peluang kerja sama dengan sejumlah perusahaan, termasuk dari Cina, untuk berinvestasi dalam proyek tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arsal mengatakan ada salah satu perusahaan asal Cina, yaitu East China Engineering Science and Technology Co., Ltd. (ECEC) yang menaruh minat untuk berinvestasi. “Kami tentu secara aktif melakukan penjajakan dengan sejumlah calon mitra, termasuk perusahaan asal Cina. Sejauh ini baru ECEC yang menyatakan ketertarikan,” ujar Arsal dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR, Senin, 5 Mei 2025.
Namun demikian, dia mengatakan belum ada lampu hijau bahwa perusahaan asal negeri tirai bambu tersebut menyatakan untuk bergabung. Pasalnya, kata Arsal, biaya yang diajukan sejumlah pihak hingga kini masih berada di atas proyeksi keekonomian Dimethyl Ether (DME) yang ditetapkan Kementerian ESDM.
“Ini menjadi tantangan yang harus kami pecahkan agar proyek tetap layak secara finansial dan bisa segera terealisasi,” kata Arsal.
Meski belum ada investor yang menyatakan bergabung, Arsal mengklaim persiapan proyek gasifikasi batu bara ini terus berjalan. Arsal menyebut, dari kebutuhan total lahan seluas 203 hektare, perusahaan telah berhasil membebaskan 198 hektare atau 97 persen. “Dari sisi kesiapan proyek, PT Bukit Asam sudah menunjukkan komitmennya,” katanya.
Selain mempersiapkan lahan, kata dia, perusahaan juga intens menjalin koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan seperti Satgas Hilirisasi, Kementerian Sekretariat Negara, dan Kementerian Keuangan. Koordinasi ini bertujuan untuk mendapatkan arahan dan dukungan kebijakan yang dibutuhkan dalam mewujudkan proyek strategis tersebut.
“PT Bukit Asam juga terus memperbarui data serta mengumpulkan referensi pembiayaan, termasuk proposal estimasi biaya dari para kontraktor,”ujar Arsal.
Arsal berujar proyek gasifikasi ini membutuhkan investasi sekitar US$ 3,2 miliar atau setara dengan Rp 52,5 triliun. “Bersama PGN, kami sudah melakukan kajian dan estimasi kebutuhan investasi untuk proyek hilirisasi ini mencapai sekitar US$ 3,2 miliar,” katanya.
Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk membangun fasilitas gasifikasi batu bara lengkap dengan peralatan dan teknologi pendukung. Dalam kerja sama ini, Bukit Asam akan berperan sebagai penyedia batu bara, sementara pengelolaan proyek akan dilaksanakan oleh PGN bersama mitra teknologi dalam bentuk usaha patungan (joint venture).
Dia mengatakan PT Bukit Asam memiliki cadangan batu bara mencapai 2,9 miliar ton, termasuk batu bara berkalori rendah yang cocok untuk dikonversi menjadi gas. Adapun gagasan pengembangan proyek gasifikasi batu bara sejatinya sudah muncul sejak tahun 2018.
Saat itu, inisiatif ini dipelopori oleh PT Bukit Asam bekerja sama dengan Pertamina. Namun, proyek tersebut kandas di tengah jalan setelah mitra asing mereka, Air Product asal Amerika Serikat, memilih mundur dari kerja sama. Keputusan Air Product untuk menarik diri diduga berkaitan dengan persoalan keekonomian proyek dan tingginya risiko karena hasil gasifikasi hanya akan dibeli oleh satu pihak, yakni Pertamina.
Menurut analisis dari Institute for Energy and Financial Analysis (IEEFA) pada tahun 2021, proyek gasifikasi di Muara Enim berpotensi menyebabkan kerugian hingga US$ 377 juta per tahun, atau sekitar Rp 6,14 triliun.
Vindry Florentin berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan editor: Prinsip Berinvestasi Menurut Warren Buffett