Proyek Kelistrikan PLN Diproyeksikan Rp 3.000 Triliun

1 day ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo memproyeksikan pelaksanaan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Dia mengatakan proyek kelistrikan senilai Rp3.000 triliun itu dapat menambah pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 1,4 persen setiap tahunnya.

“Pelaksanaan RUPTL ini bukan hanya soal penyediaan listrik, tapi juga menjadi penggerak utama ekonomi. Kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi bisa lebih dari satu persen setiap tahun,” ujar Darmawan dikutip dari siaran langsung Diseminasi Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan RUPTL di kantor Ditjen Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM, Jakarta, Senin, 2 Juni 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam presentasinya, Darmawan menyebut bahwa nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia saat ini mencapai sekitar Rp22 ribu triliun. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen, kata dia, dibutuhkan tambahan PDB sekitar Rp220 triliun per tahun.

Dengan nilai investasi tahunan RUPTL yang mencapai Rp300 triliun, dia mengatakan program ini akan memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar. Tak hanya dari sisi investasi langsung, Darmawan mengatakan  ketersediaan listrik dari proyek ini akan menjadi fondasi bagi masuknya berbagai investasi strategis, seperti pusat data (data center), sektor industri, dan lainnya. 

“Listrik itu menjadi kunci masuknya investasi baru. Kalau pasokan andal dan terjangkau, industri akan berkembang, begitu juga dengan digitalisasi lewat data center. Ini akan mempercepat pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Selain mendongkrak pertumbuhan ekonomi, dia mengatakan RUPTL 2025–2034 juga diperkirakan membuka peluang kerja secara masif. Dia memperkirakan proyek ini akan menyerap hingga 1,7 juta tenaga kerja selama sepuluh tahun pelaksanaan. 

Lebih lanjut, dia menuturkan tenaga kerja tersebut tersebar pada berbagai bidang, mulai dari sektor pembangkitan, transmisi, hingga distribusi. Darmawan merinci sekitar 836 ribu tenaga kerja akan terserap di sektor pembangkit, sementara 881 ribu lainnya akan terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur transmisi dan distribusi.

Darmawan juga menyoroti 91 persen tenaga kerja di sektor pembangkit akan tergolong sebagai green jobs. Dia mengatakan hal ini sejalan dengan arah transisi energi menuju pemanfaatan energi bersih.

“Ini belum termasuk dampak ekonomi tidak langsung. Ketika ada proyek infrastruktur, di sekitarnya akan tumbuh kegiatan ekonomi baru, dari pedagang makanan hingga jasa lainnya. Inilah multiplier effect yang kami maksud,” ujarnya.

Dia optimistis RUPTL bukan hanya menyokong transisi energi, tapi juga menjadi salah satu mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. “Kami percaya bahwa RUPTL ini menjadi pondasi penting untuk mewujudkan visi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen,” kata Darmawan.

Dalam dokumen RUPTL tersebut, pemerintah menargetkan kapasitas pembangkit listrik dari EBT mencapai 42,6 gigawatt (GW) atau 76 persen dari total kapasitas tambahan hingga 2034. Dari total penambahan 69,5 GW dalam satu dekade ke depan, sebanyak 61 persen berasal dari EBT, 15 persen dari sistem penyimpanan energi (storage), dan 24 persen dari energi fosil.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM0 Bahlil Lahadalia mengatakan pengembangan pembangkit dilakukan dalam dua tahap. Pada lima tahun pertama, porsi pembangkit terdiri atas 45 persen energi fosil, 44 persen EBT, dan 11 persen storage. Kemudian pada lima tahun berikutnya, komposisinya bergeser menjadi 10 persen fosil, 73 persen EBT, dan 17 persen storage. Untuk mendukung transisi energi, pemerintah juga akan membangun jaringan transmisi sepanjang hampir 48 ribu kilometer dan gardu induk berkapasitas 107.950 MVA.

Bahlil menjelaskan, RUPTL ini disusun untuk mendukung ketahanan energi nasional dan pertumbuhan ekonomi 8 persen per tahun. Dia mengatakan pemerintah memproyeksikan permintaan listrik meningkat hingga 205 TWh selama periode 2025–2034 dipicu oleh ekspansi sektor industri, pariwisata, perikanan, serta adopsi kendaraan listrik.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |